METROPOLIS

Lebaran di Perantauan

MOHON MAAF: Elza Ainun Uzlifah bersama teman-teman satu kontrakannya memilih tidak pulang kampung karena kondisi wabah corona.

Meminta Maaf Lewat Video Call

KARAWANG, RAKA – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melarang masyarakat untuk mudik saat libur Idul Fitri. Kebijakan ini nampaknya mengecewakan terutama bagi para parantau yang mau tidak mau pada tahun ini berlebaran di tanah perantauan. Begitupun para perantau di Karawang, bahkan bisa jadi ini adalah pertama kalinya mereka merayakan hari raya di Kota Pangkal Perjuangan.

Elza Ainun Uzlifah (19) telah 11 bulan tinggal di Desa Telukjambe, Kecamatan Telukjambe Timur, mengatakan keputusan tidak mudik karena mengikuti imbauan pemerintah. Lagipula perusahaan tempatnya bekerja tidak memberi waktu libur panjang. Diakuinya tahun ini adalah pertama kalinya lebaran Idul Fitri di perantauan jauh dari keluarga, sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, masih ada sang kakak yang menenami sebab sama-sama merantau di Karawang. “Ya berasa sepi gak kayak lebaran,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.

Meski tidak dapat berkumpul bersama keluarga di rumah, ia bersyukur teknologi dapat membuatnya tetap dapat bersilaturahmi melalui panggilan video. Tentunya ia juga meminta maaf kepada orang tua di kampung halaman, sebagaimana telah menjadi tradisi di hari raya. “Alhamdulillah masih bisa menjalin silaturahmi dengan keluarga meskipun cuma video call,” ucapnya.

Agar tidak terlalu bersedih, lebaran tahun ini dia isi dengan kegiatan masak-masak bersama teman-teman di kontrakan tempatnya tinggal. Sambil bersilaturahmi dan saling mengucap maaf menghibur diri sesama perantau. Tentunya ia juga tetap menjalin silaturahmi dengan teman-teman kerjanya. “Masak-masak sama saudara, sama teman PT, kalau ketupatnya sih beli,” ujar gadis asal Tegal ini.

Perantau lainnya, Markhamah (20) juga hampir satu tahun tinggal di Karawang. Dia tingal di kontrakan yang sama dengan Elza. Gadis asal Indrmayu ini juga cukup beruntung masih ada sang kakak yang menemaninya merayakan lebaran di perantauan. Meski begitu, ia tak menampik merasa sedih dan menangis sebab tidak bisa mudik. “Pokoknya sedih bnget lebaran gak kumpul sama keluarga, banyak momen dan tradisi lebaran yang tidak bisa dilakukan,” keluhnya.

Ia menuturkan, alasannya untuk tidak mudik adalah rasa sayang kepada keluarga lebih besar daripada rasa ingin pulang. Ia menyadari kondisi saat ini dikhawatirkan jika memaksa mudik, nantinya ia akan membawa virus kepada keluarganya. Sebab itu ia lebih memilih bersabar dan memutuskan tidak mudik demi kesehatan keluarganya. “Soalnya aku punya orang tua, punya nenek, yang mana sistem imun orang tua kan lemah,” jelas gadis yang akrab disapa Amah ini.

Rasa sedihnya juga terhibur oleh silaturahmi dengan teman-teman di sekitar kontrakannya. Lagipula ia masih tetap bisa makan bersama orang-orang terdekat yang telah menjadi bagian hidupnya. “Kemarin habis ngeliwet sama teman-teman, enak, seru,” pungkasnya. (din)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Verified by MonsterInsights