HITAM PEKAT: Sejumlah warga Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat nekat beraktivitas di bantaran Sungai Citarum.
Air Sungai Hitam dan Bau
KARAWANG, RAKA – Musim kemarau air Sungai Citarum tampak surut. Bantaran pun kerap dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam palawija. Namun berdasarkan pantauan Radar Karawang di sekitar kolong jembatan pabrik es Karawang Barat, warna air sungai terpanjang di Jawa Barat itu hitam dan berbau menyengat. Sejumlah ikan tampak mati.
Soleh (50), warga Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, merasa dirugikan akibat kondisi air Citarum yang diduga tercemar limbah industri. Karena saat air tersebut berubah dan berbau, pendapatan hasil jual lumut atau pakan ikan menjadi berkurang.
“Kalau airnya keruh kayak gini, orang juga gak bakal mancing di sini. Jadi pendapatan nol,”
jelasnya kepada Radar Karawang saat ditemui di pinggiran Sungai Citarum kolong jembatan pabrik es Karawang Barat, Senin (12/7).
Lebih lanjut Soleh mengatakan, setidaknya ketika air Citarum tidak berubah warna seperti ini, dirinya bisa mendapat uang Rp50 ribu sampai Rp150 ribu hasil dari menjual lumut. Di samping penghasilan berkurang, ia juga mengaku merasakan bau tidak sedap yang sudah dianggap biasa, karena sudah beberapa kali terjadi.
“Udah biasa, apalagi baunya nyengat kalau sekitar jam sebelas malam,” cetusnya.
Berdasarkan pengakuan Soleh, air hitam di Sungai Citarum ini mulai berubah sejak hari Minggu (11/7).
“Malamnya (Sabtu malam) saya sudah tahu kalau air Citarum pasti keruh lagi, soalnya kecium baunya sampai rumah,” imbuhnya.
Sementara itu, kondisi air Citarum di wilayah Rengasdengklok tidak hitam seperti di Karawang Kulon. Kata Nana (51), warga Dusun Bojong Tugu, Rengasdengklok Selatan, saat ini kondisi air Citarum tidak separah satu bulan yang lalu.
“Sekitar sebulan ke belakang memang warnanya hitam, banyak juga ikan mabuk,” ujarnya.
Sekarang ini air Citarum sudah ditinggalkan warga untuk dikonsumsi. Berbeda dengan dulu. Nana mengaku dirinya sudah tidak memanfaatkan air Citarum untuk minum dan mencuci atau mandi, lantaran takut berbahaya.
“Sekarang mah khawatir sudah tercemar limbah,” katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang Wawan Setiawan mengatakan, saat ini aliran Sungai Citarum fokus diurus oleh Satgas Citarum Harum. Untuk mengukur tingkat pencemaran Sungai Citarum, DLHK mempunyai aplikasi yang terhubung langsung dengan link Kementerian Hidup dan Kehutanan, yaitu telemetri air yang dipasang di aliran sungai tersebut, tepatnya di dekat Alun-alun Karawang yang bisa diakses atau dibuka datanya setiap saat.
“Tadi kita lihat datanya sekitar jam satu siang itu posisinya -10 artinya tercemar ringan,” ujarnya.
Wawan menjelaskan, warna hitam dan bau di Sungai Citarum tersebut akibat sedimentasi lumpur. Hal itu juga lantaran saat ini musim kemarau dan keadaan air Citarum surut.
“Jadi warna hitam itu dari sedimentasi akibat limbah yang sudah mengerak bertahun-tahun, artinya bukan limbah baru,” jelasnya.
Menurut Wawan, satu-satunya cara untuk menghilangkan warna hitam tersebut yaitu dengan menggelontorkan air dari bendungan Walahar. Pihak DLHK pun akan berkoordinasi dengan PJT II untuk menggelontorkan air.
“Sampel air Citarumnya sudah sampai, besok (hari ini) saya uji di lab,” pungkasnya. (mra)