Asep Junaedi
KARAWANG, RAKA – Sudah tiga bulan sekolah diliburkan, sampai saat ini belum juga aktif lagi. Bahkan, siswa terpaksa ujian sekolah online sebelum pembagian rapor. Namun, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Karawang menyebut, sekolah akan dibuka lagi 13 Juli 2020 mendatang.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Karawang Asep Junaedi menuturkan, kegiatan belajar mengajar di sekolah akan kembali dilaksanakan pada 13 Juli 2020. Pihaknya sudah menyiapkan prosedur atau protokol kesehatan pada saat kegiatan sekolah dilaksanakan secara normal. Salah satunya ialah dengan membatasi jumlah siswa dalam satu kelas, yakni agar dilakukan physical distancing. “Rencana akan dibuat dua shift belajarnya,” kata Asep, kepada Radar Karawang, Kamis (4/6).
Dikatakan Asep, jika mengacu pada peraturan atau protap dari tim gugus tugas pusat, ada yang tidak bisa dilakukan. Dia mengaku sangat keberatan jika untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara normal harus dilakukan screening atau pemeriksaan melalui swab terhadap semua guru dan siswa. “Itu tidak mungkin. Karena semua guru saja kurang lebih 14 ribu. Anggarannya dari mana?” katanya.
Sementara itu, sekolah luar biasa (SLB) dinilai tidak akan siap jika kegiatan belajar mengajar (KBM) aktif lagi dalam waktu dekat ini, karena daya tahan tubuh siswa SLB berbeda dengan siswa lainnya. “Dalam kondisi covid saat ini, misalkan KBM di SLB aktif kembali tidak mungkin juga, karena siswa luar biasa fisiknya ada yang beberapa siswa rentan dengan penyakit,” kata Lala Kholilah, guru kelas 1B SLB B-C Cahaya Bangsa.
Ahli Kesehatan Masyarakat Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia dr. Hermawan Saputra mengatakan, untuk menyiapkan transisi dari pembatasan sosial berskala baru (PSBB) menuju new normal, ada beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian dalam kegiatan pendidikan secara normal. “Jika nanti Juli normal, ada yang harus dijadikan kajian dan bahan pertimbangan,” katanya.
Yang perlu menjadi pertimbangan diantaranya, konsep physical distancing, membuat jadwal masuk agar tidak bersamaan sehingga bisa terhindar dari ruang kelas yang berdesakan. “Ini bisa diatur apakah double shif atau seperti apa,” ucapnya.
Yang kedua, lanjutnya, yaitu kebersihan sekolah dan kantin. Sekolah bisa saja meliburkan atau tidak mengizinkan pedagang untuk berjualan di sekolah. “Semisal siswa bawa makanan sendiri dari rumah. Itu kan bisa jadi pertimbangan juga,” ujarnya.
Yang ketiga, tambah Hermawan, sekolah harus menyiapkan fasilitas pencuci tangan di setiap kelas. Agar semua siswa tidak harus mencuci tangan di kamar mandi. “Saat ini kan cuci tangan ke kamar mandi,” tandasnya.
Kemudian kegiatan upacara juga bisa menjadi bahan kajian. Karena dengan adanya kegiatan upacara, tentu akan menimbulkan posisi yang berkerumun dan saling berdekatan. “Itu juga harus dipertimbangkan. Diliburkan dulu upacara atau seperti apa kebijakannya,” paparnya. (nce/mra)