My Project Creative
EKSPRESIF: Sejumlah anggota My Project Creative tampak ekspresif. Mereka mampu menampilkan kabaret yang memukau para penonton di Mal Festive Walk.
Kampenye Stop Perundungan dengan Kabaret
KARAWANG, RAKA – Perundungan menjadi gejala sosial yang kerap ditemukan bekangan ini, terutama di kalangan remaja. Mesti ada kesadaran dari semua orang untuk menyadari bahaya melakukan perundungan, dan mulai bertindak menghentikan perilaku buruk tersebut. My Project Creative punya cara tersendiri untuk mengkampanyekan itu semua, yakni dengan penampilan kabaret di mal Festive Walk, Telukjambe Timur, akhir pekan kemarin.
Founder My Project Creative Putri Septiani (22) menyampaikan, pementasan kabaret tersebut dilaksanakan dalam dua hari yakni Sabtu dan Minggu, tanggal 7 dan 8 Maret. Dengan mengangkat tema unlove, mereka membawa pesan bahwa kasus perundungan memang marak terjadi dan butuh perhatian. Bahkan beberapa kasus perundungan berakibat fatal, seperti korban yang melompat dari gedung dan korban yang hampir diamputasi. “Jadi kita ngangkat tema yang sesuai yang lagi marak di kalangan pelajar,” terangnya.
Dengan penampilan mereka, diharapkan penonton mendapat edukasi untuk tidak melakukan perundungan. Sedini mungkin harus diberi kesadaran bahwa perundungan yang dilakukan akan menimbulkan akibat yang fatal bagi korban. Memang, kisah yang mereka bawakan semuanya tak lepas menceritakan tentang perundungan. “Sekitar 30 talent yang tampil, mereka dari beberapa sekolah yang ekskul kabaretnya dibawah naungan My Project Creative, ada juga mahasiswanya,” ujarnya.
Bagi para telent sendiri, menurut Putri dapat menjadi wadah untuk mengekspresikan diri. Para anggota kabaret My Project Creative yang memiliki latar belakang keluarga berbeda, tidak bingung mengekspresikan perasaan mereka. “Kalau menurut aku sih dengan wadah seperti ini di kalangan pelajar, bisa mengekspresikan diri mereka dan berkarya sejak dini,” tuturnya.
Salah satu anggota kabaret My Project Creative Luthfi Habibi (19)
mengaku aktif dalam seni peran kabaret sejak Kelas 6 SD. Selama iti hal positif yang dirasakannya adalah kekeluargaan yang begitu hangat, sehingga dia masih bertahan dan berkarya sampai saat ini. Penampilan kemarin pun punya kesan tersendiri di benaknya, dia merasa dapat menempatkan diri menjadi orang lain dan merasakan menjadi korban maupun pelaku perundungan. “Ternyata sebenarnya bullying itu hal yang paling dekat dengan kehidupan kita. Dan sadar gimana mirisnya fenomena sosial negeri kita saat ini,” tutupnya. (din)