KARAWANG, RAKA- Seiring perkemabangan zaman Komarudin Kudaya berhasil mencetuskan alat untuk membuat batik dengan menggunakan bandul atau pendulum yang diayunkan. Pembentukan motif batik dengan pendulum itu berkat kerjasama dengan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB).
Komarudin Kudiya mengatakan pembuatan batik dengan seni pendulum ini berawal dari kekurangan alat yang diperlukan dalam membuat batik. Kemudian Komar sapaan karibnya bersama mahasiwa ITB membuat inovasi baru untuk menciptakan beberapa alat untuk membuat batik, salah satunya dengan menggunakan bandul pendulum. Komar menyebut saat itu juga tahun 2013 ada pesanan babtik untuk dikirim ke New York, maka diciptakannya alat untuk memeprmudah membuat batik.
“Latar belakang pendidikan saya D1 Komputer, D3 Administrasi Logistik, S1 nya Hubungan Internasional UNPAD, S2 dan S3 di Seni Rupa ITB. Saya bermitra dengan teman-teman ITB jurusan fisika teknik. Awalnya untuk memenuhi pesanan dari New York dari tahun 2013 sampai 2017 akhirnya bisa diminati sekarang,” ujarnya Senin (9/9).
Selain alat pembuatan batik yang dilakukakn bersama mahasiswa, Komar juga telah membuat sendiri lima alat untuk membuat batik, yaitu fotonik batik, pendulum batik, pendulum mekanik,pendulum berbasis android, dan Nano Oksimic Micro Babel Generator (NOMBG).
Saya sekarang punya workshop dan alat yang lengkap. Awalnya untuk memenuhi pesanan dari New York dari tahun 2013 sampai 2017 akhirnya bisa diminati sekarang,” jelas Komar Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia.
lebih lanjut Komar menambahkan untuk mendapatkan warna batik yang tidak mencolok diperlukan adanya pewarna sintetik indigosol. Kemudian ditambahkan dengan campuran nitrit. Setelah itu diaktifkan menggunakan sinar ultraviolet dari matahari. Warna batik seperti itu banyak diminati oleh pasar di Benua Eropa.
“Pendulum sebagai pengganti orang yang bekerja dengan menggunakan canting tetapi masih pakai lilin panas. Kalau bukan menggunakan lilin panas tidak bisa disebut batik. Nilai estetikanya tidak kalah dengan batik yang dibuat dengan tangan. Alhamdulillah Jawa Barat memang bukan sentranya batik, tetapi untuk urusan teknologi kita lebih maju. Di Bekasi ada mesin floter lilin panas, fotonik batik juga kita buat di Bandung. Karena di Eropa untuk warna yang soft hanya menggunakan pewarna sintetik indigosol ditambah dengan nitrit dan di aktivasinya dengan sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari,” tutupnya.(nad)