Penjahat Siber Sulit Diungkap
(ilustrasi)
KARAWANG, RAKA – “Lagi butuh pulsa, yang jual japri.” Tiba-tiba tulisan singkat itu tersebar secara cepat di sejumlah grup WhatsApp yang berisi rekan kerja, keluarga, kolega seorang guru berinisial IM (38). Sontak bagi yang memiliki bisnis pulsa, unggahan itu langsung direspon, berharap bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan pulsa. Namun apanyana, unggahan itu bukan berasal dari IM. Melainkan dari penjahat siber yang berhasil meretas akun WA milik IM. Alhasil, sejumlah rekan kerja IM yang memiliki bisnis penjualan pulsa tertipu. Pulsa senilai ratusan ribu rupiah dipastikan tidak akan dibayar, karena masuk ke nomor handphone milik pelaku. Itu adalah sekelumit cerita dari seorang guru SMK swasta di Kecamatan Kotabaru, beberapa waktu lalu.
Hal serupa juga pernah dialami oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Purwakarta Ahmad Ikhasan Faturahman. Kejadiannya mirip dengan IM. Sejumlah warga Purwakarta diresahkan dengan adanya pesan WA dari seseorang yang meminta untuk transfer sejumlah uang. Seseorang itu mengaku sebagai Ahmad Ikhasan Faturahman. Dalam pesan itu, pria tersebut meminta ditransfer Rp5 juta dengan alasan ATM miliknya limit.
Warga yang menerima pesan itu pun menghubungi ketua KPU untuk memastikan kebenarannya. “Iya, saya menerima pesan melalui WA, ketua KPU minta tranferan, sempat saya bales juga, tapi saya tidak percaya begitu saja,” ujar Abdul Muhit (29), salah seorang warga yang menerima pesan itu.
Pakar teknologi dan informasi, Nina Sulistiyowati menyampaikan, kebocoran data pribadi dapat menimbulkan kerugian materil. Kerugian materil ini akan lebih besar jika kebocoran data dialami oleh korporat atau organisasi. Kerugian lainnya adalah penyalahgunaan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Bukan tidak mungkin seseorang mengatasnamakan diri kita untuk melakukan tindak kriminal.
Menurutnya, menginstall aplikasi bisa menjadi celah kebocoran data. Ia mengatakan masyarakat kerap memberi akses pengembang aplikasi tanpa memahaminya terlebih dahulu, seperti mengakses kontak atau akses galeri. Untuk hal ini sebaiknya masyarakat mengunduh aplikasi dari publisher terpercaya dan aplikasi tersebut memiliki sertifikat keamanan data. “Jangan asal kasih izin asal next saja saat install aplikasi,” ucapnya.
Kasar Reskrim Polres Karawang AKP Oliestha Ageng Wicaksana membenarkan kejahatan penipuan dengan modus seperti itu terjadi di Karawang. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar lebih waspada saat menerima pesan, baik yang dikenal maupun tidak dikenal. Terlebih jika dalam pesan tersebut, ada arahan dari si pengirim untuk mengklik tautan, url atau link tertentu yang dikirim.
Oliestha mengatakan, masyarakat juga jangan mudah percaya apabila mendapat pesan dari orang dikenal, kemudian meminta sejumlah uang atau identitas tertentu.
“Pastikan telepon dulu melalui telepon reguler, jangan via WA,” ujarnya.
Diteruskan Oliestha, jika akun yang dicurigai diambil alih atau dihack itu tergabung dalam grup, upayakan agar admin grup segera mengeluarkan nomor itu dari grup.
“Biasanya penipuan seperti itu karena kita ngeklik link dan kemudian kena hack. Di Karawang yang saya monitor ada beberapa kasus,” ucapnya.
Menurut Oliestha, kasus kejahatan penipuan dengan modus seperti itu termasuk kasus yang sulit diungkap. Ia juga mengatakan jika penipuan tersebut biasanya pelaku dari luar Jawa.
“Sulit banget. Ada jaringan lapas di beberapa daerah,” tambahnya. (nce)