KARAWANG

Petani Pahlawan Pangan

SEMANGAT: Sejumlah buruh tani tetap bersemangat meski kehidupan mereka tidak sebaik kualitas padi yang dihasilkan. Terlihat para petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Mandiri Desa Darawolong, bersiap terjun ke sawah.

KARAWANG, RAKA – Tanggal 24 September diperingati sebagai Hari Tani Nasional (HTN). Peringatan ini bisa menjadi momentum untuk merenungkan jasa para petani dalam kehidupan masyarakat. Begitupun Kabupaten Karawang, sendi kehidupannya tidak akan pernah lepas dari para petani bahkan sampai dijuluki lumbung padi.

Seorang petani di Desa Darawolong, Kecamatan Purwasari, Agus Faisal (45) mengaku bangga dengan profesinya sebagai petani. Menurutnya apa yang dikerjakan petani bermanfaat untuk banyak orang, di kampung maupun di kota. “Tanpa petani kan gak ada sumber makanan, walaupun mereka banyak uang mau beli makanan apa,” tuturnya.

Ia menyadari setiap profesi mempunyai perannya masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Ia sendiri telah bergelut dengan dunia tani sejak kecil, meneruskan warisan budaya buyutnya. Baginya bertani adalah sesuatu yang sudah tertanam di jiwanya. “Kalau ditanya sejak kapan bertani, ya semenjak saya bisa bekerja saya sudah tani,” ceritanya yang juga ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Mandiri Desa Darawolong.

Dibalik rasa bangganya itu, ia merasa sedih melihat kebanyakan petani kurang sejahtera. Menurutnya salah satu faktor utama adalah pemerintah belum bisa menstabilkan harga, terutama di masa panen raya. Ia berharap pemerintah melakukan upaya yang bisa mensejahterakan para petani.

Agus juga melihat kebanyakan generasi milenial cenderung enggan terjun ke dunia pertanian. Barangkali karena pekerjaannya yang menjenuhkan dan belum tersentuh teknologi sepenuhnya. Namun seiring berkembangnya teknologi pertanian saat ini, semestinya para generasi muda mau terjun ke sawah. “Petani yang hebat itu bukan yang kotor-kotoran, tapi bisa memanfaatkan teknologi, efesien waktu, efesien tenaga,” ucapnya.

Ia berharap semua petani bisa lebih sejahtera kehidupannya. Khusus untuk Karawang, ia berharap tidak ada lagi alih fungsi lahan sawah produktif, sebab hal ini akan berdampak buruk bagi para buruh tani. Infrastruktur pertanian yang dibangun oleh nenek moyang sejak dulu pun akan menjadi sia-sia. “Sama saja tidak menghargai pahlawan, jangan kehilangan identitas sebagai lumbung padi,” tuturnya.

Sementara itu, mahasiswa Agroteknologi Unsika Wangga Gunadi mengatakan, seharusnya generasi muda sadar betul akan peran dunia pertanian bagi kemajuan dan kemandirian negara Indonesia. Saat krisis ekonomi 1998 misalnya, sektor pertanianlah yang paling mampu bertahan untuk melewatinya. Begitupun saat ini di masa pabdemi Covid-19, sektor pertanian tidak akan pernah berhenti untuk berkontribusi. “Betapa hebatnya para petani yang tetap bertahan di ladang, untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup bagi kita semua,” ucapnya.

Sebab itu dalam rangka Hari Tani, ia ucapkan banyak rasa terima kasih dan menaruh hormat untuk para petani Indonesia. Menurutnya mereka tidak pernah lelah berkontribusi untuk negeri dan baktinya akan tetap abadi dalam hati. “Selalu bangga menjadi bagian dalam pertanian, pertanian jaya!” pungkasnya. (din)

Related Articles

Back to top button