Potret Kejahatan Seksual di Karawang

SELAMATKAN ANAK: Petugas LK3 Dinsos dan P2TP2A menangani kasus anak yang dihamili ayahnya sendiri.

Disetubuhi Ayah Kandung, Terus Dijual

KARAWANG, RAKA – Kejam, mungkin kata itu pantas disematkan pada ayah kandung yang tega menghamili darah dagingnya sendiri. Teganya lagi, setelah disetubuhi, anaknya dijual ke pria hidung belang.

Kejadian ini, menimpa gadis berusia 17 tahun, warga Kecamatan Telukjambe Barat. Kini, korban sedang hamil lima bulan. Lebih mirisnya lagi, setelah kejadian ini terungkap, korban mendapatkan penolakan dari warga sekitar. Saat ini, korban tinggal bersama ibu dan ayah tirinya. “Secara fisik kondisinya baik baik saja. Hanya ada beberapa permasalahan mengenai penanganannya tapi sedang kami koordinasikan dengan pihak-pihak terkait,” kata Diah Palufi, pengurus LK3 Dinas Sosial (Dinsos) Karawang, yang menangani proses rehabilitasi mental korban.

Dinsos, lanjut Diah, telah berkoordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan beberapa pihak lain termasuk pihak kecamatan dan tokoh masyakarat agar korban secara fisik dan psikologis bisa terjaga, sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang. “Infonya ada penolakan. Nanti kita musyawarah dengan pihak kecamatan, supaya diselesaikan baik-baik. Untuk solusinya kita belum bisa menyampaikan,” ujarnya.

Angka kekerasan perempuan dan anak di Karawang memang tinggi. Selama Januari sampai September 2019, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tercatat 30 sampai 50 kasus. Dari kasus tersebut didominasi oleh kejahatan seksual. “Selama tahun 2019 ini kurang lebih 30 sampai 50 kasus yang dilaporkan ke P2TP2A Karawang,” tambah Karina Nuregina, pengurus P2TP2A.

Di tempat yang sama, Ismawati, relawan P2TP2A yang juga sebagai staf DP3A Karawang mengatakan, rumah aman dibutuhkan di Karawang untuk menampung sementara korban perempuan dan anak yang mengalami kejahatan. Selama ini, jika dibutuhkan tempat tinggal untuk para korban, pihaknya hanya bekerjasama dengan salah satu yayasan yang kebetulan menjadi relawan di P2TP2A. “Idealnya kita punya rumah aman beserta pendampingnya. Karena itu jadi kebutuhan ketika ada kasus untuk menampung korban agar terlindungi dengan aman,” pungkasnya. (nce)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here