Sektor Padat Karya Babak Belur
KARAWANG, RAKA – Karawang merupakan kabupaten dengan upah minimum kabupaten (UMK) tertinggi dibanding kabupaten/kota lain. Namun semakin tingginya UMK, tak sedikit perusahaan yang hengkang dan memilih membuka investasi di kabupaten lain.
Selain itu, dampak dari semakin tinggi upah minimum di Karawang, juga menyebabkan banyaknya tenaga kerja yang diberhentikan. “Faktor utama sektor padat karya yang hengkang adalah upah yang terlalu tinggi. Walaupun kenaikan mengikuti aturan pemerintah dibatas minimum, namun kenaikannya cukup signifikan,” kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Karawang Fadludin Damanhuri kepada Radar Karawang, Senin (11/11).
Menurutnya, saat ini daerah yang menjadi favorit untuk investasi padat karya cenderung ke Jawa Tengah karena kisaran upah hanya Rp1,7 juta. Sementara di Karawang sudah mencapai Rp4.234.010,27. Nominal tersebut tentunya lebih tinggi dari Kota Bekasi yang hanya Rp4.229.756,61. “Karawang hari ini paling tinggi. Itulah yang menjadi salah satu faktor perusahaan hengkang dari Karawang. Kenaikan UMK ini tidak produktif kalau investasi lari ke luar negeri,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Sektor Elektronik Faurizal GP Tusin mengatakan, dengan besarnya upah minimum di Karawang, membuat pihak pengusaha keberatan. “Rp4.234.010 itu upah tahun 2019. Tahun 2020 jika menuntut untuk naik lagi ya tentu keberatan,” katanya.
Dikatakanya, seharusnya jika sudah mencapai angka yang tinggi tidak harus lagi menuntut untuk naik. Karena dalam peraturan perundang-undangan juga kenaikan upah hanya untuk perusahaan yang upahnya masih kecil. “Kalau misalnya terus menuntut untuk naik gaji, ya perusahaan bisa saja. Hanya mungkin akan ada beberapa yang dikurangi,” ucapnya.
Ia melanjutkan, upah yang cukup tinggi, seharusnya membuat infrastruktur di Karawang lebih baik agar menjadi daya tarik bagi investor. “Kalau bicara kelayakan. Di Karawang perlu peningkatan infrastruktur untuk mendukung investasi,” ujarnya.
Ia juga menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir perusahaan sektor elektronik di Karawang sudah ada dua perusahaan yang bangkrut. “Yang sudah berhenti operasi sudah dua perusahaan,” tuturnya. (nce)