Sempat Ditawari Pasarkan Produk ke Jerman

HASIL PRODUKSI: Kayu bekas diolah menjadi sebuah kursi.

KARAWANG, RAKA – Usaha kayu yang dikelola perajin di Desa Purwasari masih eksis sejak tahun 1984. Bahkan, produk hasil perajin ini sempat ditawari untuk dipasarkan ke Jerman.

Usaha kerajinan kayu ini telah ada sejak 1984, usaha ini sekarang dikelola oleh generasi kedua. Perajin ini menerima pesenan pembuatan kursi, meja, dan berbagai macam bentuk kerajinan kayu lainnya. Satu set kursi dan meja memiliki harga sebesar Rp300 ribu. Bahan baku yang digunakan berasal dari bahan bekas dari perusahaan. “Usaha ini udah ada pas zamannya bapak saya di tahun 1984, bahan baku saya ambilnya dari bahan bekas hasil press pabrik,” kata salah seorang perajin Busro, Selasa (26/01).
Modal yang digunakan untuk memulai usaha ini sebesar Rp1 juta. Namun hal tersebut masih dapat berubah. Perubahan disesuaikan dengan ukuran dan tingkat kerumitan kerajinan yang dipesan. Pengambilan bahan baku dilakukan sebanyak satu truk.

Memanfaatkan perkembangan teknologi, Busro telah memiliki strategi penjualan dengan memposting produk di grup usaha yang terdapat di facebook. Hanya saja, produknya ini belum dipasarkan di aplikasi online shop karena belum memahami sistemnya. Bahkan, sempat mendapat tawaran untuk memperkenalkan produk di Negara Jerman namun ditolak. “Hal tersebut dilakukan karena tidak menguasai bahasa asing,” paparnya.

Masyarakat sekitar sangat mendukung usaha tersebut. Bantuan dari pemerintah bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) tidak diperoleh oleh pengrajin meskipun telah mendaftar. Ia telah masuk ke dalam sebuah grup whatsapp seluruh UMKM di Kabupaten Karawang. “Omset yang diperoleh dari hasil penjualan satu set kerajinan sebesar Rp100.000 dalam sehari. Dalam satu bulan pengrajin memperoleh omset sebesar Rp3.000.000,” pungkasnya. (cr6)