Simpan Pinjam Macet, Dianggap Uang Hibah
KOTABARU, RAKA – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sarimulya bergerak di bidang pengelolaan sembako dan simpan pinjam. Namun khusus untuk simpan pinjam, tidak semuanya lancar dikarenakan warga menganggap dana itu adalah hibah dari pemerintah.
Nani Kurnuasari, Bendahara BUMDes Sarimulya menyampaikan, keberadaan BUMDes diharapkan mampu menggerakan roda perekonomian masyrakat yang ada diwilahnya. Dengan demikian, maka pengelolaan BUMDes bergerak menyesuaikan dengan potensi yang ada. “Pengelolaan BUMDes Sarimulya bergerak dalam bisang Sembako dan simpan pinjam,” ujarnya, kepada Radar Karawang, Selasa (26/3).
Menurutnya, dua bidang usaha itu, dapat memudahkan masyakat dalam mencari sembako serta mempersempit ruang gerak rentenir atau tepanya bank emok. Dengan demikian, maka masyarakat akan merasakan efek manfaatnya. “Untuk simpan pinjam kami lebih mengedepankan para pelaku usaha. Mulai dari pedagang keliling hingga pengusaha toko yang ingin mengembangkan usahanya. Selain masyarakat yang ingin membuka usaha,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dalam melakukan pengeloaan simpan pinjam, tidak selalu berjalan dengan mulus. Karena kebanyakan masyarakat, beranggapan bahwa uang modal yang diberikan tidak harus dikembalikan. “Dari 40 orang nasabah, ada sekitar 12 orang tidak lancar dalam melakukan penyetoran. Anggapannya, itu uang bantuan dari pemerintah ini, gak harus dibalikan, kata si nasabah,” akunya.
Meski demikian, untuk modal BUMDes tahun 2017 sebanyak Rp128 juta dan di tahun 2018 hanya Rp5 juta. Namun sudah mendapatkan keuntungan meski belum besar. BUMDes bisa membantu meningkatkan PAD juga. “Dari keuntungan yang ada, 45 persen untuk penambahan modal BUMDes, untuk PAD 15 persen, untuk pengelola 40 persen,” kata Nani.
Ia berharap, BUMDes Sarimulya bisa lebih maju, agar bisa lebih manfaat bagi masyakat, sehingga bisa meninggatkan roda perekonomian warga desa. “Semoga bisa lancar dan bermanfaat untuk kita semua,” pungkasnya. (acu)