Surveyor Harus Bermental Baja, Bertenaga Kuda
MEMBAGI TUGAS: Para surveyor sedang membagi tugas melakukan survei terhadap pemilih muda Pilkada Karawang.
Sabar Hadapi Responden yang Kurang Kooperatif
KARAWANG, RAKA – Di balik hasil survei yang dipublikasikan Radar Karawang, ada peran penting para surveyor. Selain harus berhati-hati menjalankan tugasnya, harus jujur. Sehingga menghasilkan data yang akurat. Mereka juga wajib bermental baja dan bertenaga kuda, karena harus menghadapi berbagai macam karakter responden.
Para surveyor yang ikut terlibat pada jajak pendapat kali ini, merupakan mahasiswa asal Karawang yang kuliah di sejumlah kampus yang ada di Jakarta. Salah satu surveyor, Sopiyadi Pamungkas (23) mengaku, bukan kali pertama terlibat dalam kegiatan serupa. Sejak 2018, dirinya pernah beberapa kali menjadi surveyor yang dilakukan sejumlah lembaga survei.
Sopiyadi menuturkan, dalam survei kali ini, ia bersama teman-temannya dari Keluarga Mahasiswa Islam Karawang (KMIK) Jakarta, menghubungi responden melalui telepon, maupun wawancara tatap muka. “Ini kan survey opinion leader ya, peran pemuda terhadap pilkada Kabupaten Karawang. Jadi yang kita ambil itu adalah ketua OKP-OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) yang terdaftar di Kesbangpol,” tuturnya, Senin (16/11).
Opi sapaan akrabnya menuturkan, menjadi surveyor mempunyai cerita tersendiri. Misalnya responden yang kerap ngobrol panjang lebar saat wawancara. Meski demikian, hal tersebut tidak menjadi masalah selama ia bisa menjaga objektivitas survei. Salah satu cara menjaga objektivitas adalah bertanya sesuai dengan apa yang tertera dalam lembar kuisioner, dan menghindari ucapan yang sekiranya dapat mempengaruhi dan mendorong responden pada jawaban tertentu. Ia juga perlu menjaga kredibilitas dan betul-betul menjaga kejujuran. “Kadang ada bahasa kalau disurvei itu kiting. Itu sebelum wawancara ngisi sendiri, itu yang paling hati-hati. Gak boleh itu. Haram,” ujar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta ini.
Menghubungi responden nampaknya bukan hal yang mudah. Ia harus bisa menyesuaikan dengan waktu luang responden. Selain itu, Opi tak menampik kerap mendapati responden kurang kooperatif saat proses survei. Sebab itu mereka mesti punya opsi responden lain sebagai penggantinya. Adapun hal yang paling menarik adalah dirinya bisa menambah relasi, terlebih para responden merupakan orang penting di setiap OKP. Baginya, pentingnya survei adalah untuk mengetahui kondisi lapangan pada pilkada Karawang ini. Juga untuk mengetahui elektabilitas masing-masing calon bupati. “Masyarakat kan bisa tahu juga (elektabilitas calon), dan bisa menyampaikan aspirasinya mungkin lewat survei,” ucapnya.
Surveyor lainnya, Hikam Zainul Hilmi (20) mengatakan, survei ini diikuti untuk kali ketiga di Karawang terkait sosial-politik. Selain objektivitas, hal yang dipegangnya sebagai surveyor adalah sopan santun terhadap responden. Baik itu dengan menyesuaikan waktu maupun dalam berkomunikasi. Menjadi surveyor tak menutup kemungkinan mendapat teror saat hasil survei dipublikasikan. Namun dirinya tidak khawatir selama survei disampaikan dengan baik. “Karena kita niatnya baik, benar-benar mencari informasi terkait apa yang ada di masyarakat,” terang mahasiswa UIN Jakarta itu.
Hikam mengatakan, hasil survei yang mereka lakukan dapat menjadi informasi dan edukasi bagi masyarakat. Bahkan, juga bisa menjadi bahan evaluasi pihak yang menjadi objek survei. Menurutnya, kegiatan survei seperti ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat. “Artinya, kita mencari informasi. Kita ingin tahu nih di masyarakat unek-uneknya seperti apa, nanti kita sampaikan melalui hasil survei ini,” pungkasnya. (din)