HEADLINEKARAWANG

Terparah Sejak 10 Tahun Terakhir

Banjir Rendam 33 Desa, 19.092 Orang Mengungsi

KARAWANG, RAKA – Hujan yang terus mengguyur dengan intensitas tinggi sejak Kamis (18/2) hingga Sabtu (20/2) membuat sungai-sungai yang melintasi Kabupaten Karawang meluap. Akibatnya, banjir dengan ketinggian 80 cm hingga 200 cm merendam 33 desa di 15 kecamatan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Karawang. Banjir tahun ini terparah sejak sepuluh tahun terakhir. Atau setelah banjir besar yang melanda pada tahun 2010. Saat itu, banjir yang melanda Karawang lebih dari sepekan, merendam 31.091 rumah dan 103.409 jiwa di 38 desa, 10 kecamatan.

Saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang mencatat, 52.527 orang atau 14.754 kepala keluarga menjadi korban banjir. Hingga Minggu (21/2), banjir masih melanda 30 desa. Kerugian ditaksir Rp742.500.000. “Belasan ribu rumah, perkantoran, sekolah, masjid, rumah sakit, dan fasilitas umum serta ribuan hektare sawah terendam. Ribuan warga terpaksa harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi,” ungkap

Sekretaris BPBD Kabupaten Karawang Supriatna kepada Radar Karawang, Minggu (22/2). Dikatakan Supriatna, lima belas kecamatan yang terdampak banjir antara lain Kecamatan Rengasdengklok, Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Karawang Barat, Karawang Timur, Cilamaya Wetan, Pangkalan, Ciampel, Cikampek, Tirtamulya, Jatisari, Pakisjaya, Rawamerta, Batujaya dan Banyusari. “Warga yang mengungsi akibat banjir sebanyak 19.092 orang dan wilayah paling banyak pengungsi berada di wilayah Karawang kota,” katanya.

Supriatna juga mengatakan, kerugian akibat bencana banjir diperkirakan mencapai Rp742.500.000, sebab sebanyak 14.340 rumah rusak mulai dari yang ringan hingga berat.
“Kami bersama jajaran TNI, Polri dan bantuan dari BNPB sudah menyiapkan tempat pengungsian dan logistik yang diperlukan bagi para pengungsi,” katanya.

Kepala Desa Dawuan Tengah Kecamatan Cikampek Jejen Jaenal Arifin mengatakan, tiga hari kemarin hujan kembali turun dan menyebabkan ketinggian air sipon Sungai Cikaranggelam meluap ke pemukiman warga. “Apalagi ini memang air kiriman juga dari Bendungan Kamojing,” ucapnya.

Ia menambahkan, selain air kiriman, pemicu terjadinya banjir akibat lubang pembuangan air tersebut berada di bawah saluran irigasi, sehingga air tidak bisa mengalir dengan lancar. “Jadi pada lubang pembuangan sipon Karanggelam ini tidak bisa mengalir, sedangkan air dari Bendungan Kamojing terus mengalir. Makanya air begitu cepat masuk ke pemukiman warga khususnya warga Perumahan BMI,” tambahnya.

Ia mengaku, beberapa waktu lalu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil serta pejabat Karawang telah melakukan pengecekan serta mencari titik persoalan banjir tersebut. Ridwan Kamil siap menyelesaikan persoalan banjir di Dawuan. “Solusinya, lubang pembuangan air harus dinaikan, lalu diperbesar lubangnya, nah baru air bisa mengali dengan lancar,” akunya.

Masih dikatakan Jejen, pihaknya juga bukan tidak mengetahui atau membiarkan persoalan tersebut. Upaya normalisasi dan pengerukan sampah terus dilakukan, tetapi hal itu belum maksimal karena masih terjadi banjir. “Karena untuk perbaikan saluran ini tidak cukup dengan anggaran sedikit, dana desa pun tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan ini. Intinya kita sangat berharap besar,” pungkasnya.

Kapolres Karawang AKBP Rama Samtama menambahkan, proses evakuasi di lokasi banjir melibatkan personel polres, Yonif Pararaider 305 Karawang, Kodim 0604 Kabupaten Karawang, tim Basarnas Kabupaten Karawang, tim pemadam kebakaran beserta relawan. Pihaknya bersama tim melakukan evakuasi warga ke tempat yang lebih aman menggunakan perahu karet.
“Banjir yang terjadi ini merupakan kedua kali terjadi dan paling parah, dengan ketinggian air kurang lebih satu meter merendam pemukiman warga di wilayah Telukjambe Barat,” ujarnya.

Rama juga mengatakan, pihaknya mengerahkan personel polres bekerjasama dengan TNI, Basarnas dan SAR untuk membantu evakuasi korban banjir. “Kami mengimbau warga agar untuk sementara mengungsi ke tempat aman, karena kondisi ketinggian air 50 cm sampai 200 cm,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meninjau langsung lokasi banjir didampingi Pelaksana Harian Bupati Acep Jamhuri ke beberapa titik lokasi banjir di Telukjambe Barat. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, Pemkab Karawang telah menetapkan status tanggap darurat banjir sejak 8 Februari hingga 21 Februari 2021. Dengan kondisi saat ini, pemerintah daerah akan memperpanjang hingga 14 hari ke depan. “BNPB telah memberikan dukungan berupa pendampingan pos komando penanganan banjir, bantuan dana siap pakai sebesar Rp250 juta, masker 10.000 buah, selimut 80 buah dan lampu garam 300 buah. BNPB juga mendukung 1 perahu karet dan 10 buah pelampung yang dibutuhkan saat evakuasi warga,” kata Raditya. (nce/mal)

Related Articles

Back to top button