DESAMETROPOLIS

Usaha BUMDes Banyak Macet

TUNGGU PELANGGAN : Penjaga toko alat tulis kantor milik Badan Usaha Milik Desa Karyasari saat menunggu konsumen. Toko tersebut merupakan salah satu usaha andalan BUMDes.

PADes Karyasari dari BUMDes Baru Rp1 Juta

RENGASDENGKLOK, RAKA – Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) terus didorong untuk menjadi sarana pemberdayaan masyarakat dan pembangunan desa dengan memaksimalkan potensi desa. Bukan sebaliknya, keberadaan BUMDes ini menjadi beban bagi masyarakat setempat.

Pardi, Bendahara BUMDes Karyasasari mengatakan, peran BUMDes ini dianggap penting keberadaannya, karena dapat memperdayakan masyarakat. Usia BUMDes Karyasasari ini masih terbilang bayi, karena baru berdiri pada 2016. “Waktu awal-awal kita langsung beli dua unit mesin molen, supaya nantinya saat ada pembangunan di desa atau sarana umum tidak perlu sewa lagi,” jelas kepada Radar Karawang, Selasa (25/02).

Kemudian pada tahun 2017 BUMDes Karyasasari ini membangun gedung untuk membuka usah baru yaitu percetakan atau potocopy dan membuat Pom Mini. Hal tersebut agar memudahkan masyarakat untuk mencetak atau mempotocopy keperluan surat-surat penting. “Makanya kita membuat potofopy ini persis di depan kantor desa, tapi ada saja dari anak sekolah yang kesini juga,” Kata Pardi.

BUMDes Karyasasari ini juga memiliki soundsystem dan proyektor untuk keperluan lainnya, seperti untuk nonton bareng ataupun keperluan pengajian seperti rajaban atau muludan. Rata-rata penduduk warga Desa Karyasasari ini berpengasilan dari hasil serbautan atau kuli tani. Akhirnya BUMDes Karyasasari membeli satu unit mesin rontok, sehingga masyarakat dapat menggunakan mesin rontok ini saat musim panen tiba. Di tahun 2019 kemarin, pihak BUMDes membuka peluang usaha baru yaitu jasa sablon dan camera syuting. Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi pengangguran di Desa Karyasasari, khususnya untuk anak muda. “Kita akan memperdayakan anak-anak muda dengan akan direncanakannya membuka usaha sablon, tapi kalau alat-alatnya sudah ada,” katanya.

Sementara jumlah karyawan BUMDes Karyasasari ini sebanyak enam orang, untuk gaji atau honor tidak dilakukan setiap bulan, karena semua jenis usaha yang diadakan BUMDes ini tidak berjalan setiap hari, contohnya seperti mesin rontok ini hanya digunakan saat musim panen saja. Kemudian untuk Pom Mini sementara ini sedang tutup, karena posisinya berdekatan dengan pedagang bensin yang merupakan warga Karyasasari juga. “Untuk BUMDes ini setiap tahunnya ngasih ke desa hanya Rp1 juta,” kata Pardi.

Untuk ke depannya, Pardi berharap BUMDes Karyasasari dapat membuka konfeksi, karena banyak warga Karyasasari yang sudah tidak lagi bekerja di perusahaan atau PT. Hal itu yang membuat Pardi ingin memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian warga melalui buka konfeksi. “Sekarang BUMDes Karyasasari ini masih berjalan dengan usaha yang sudah ada,” pumgkasnya. (mra)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Verified by MonsterInsights