METROPOLIS
Trending

Workshop Putri Sanggabuana Punya 30 Motif Batik

KARAWANG, RAKA- Workshop Batik Sanggabuana Karawang sudah memiliki 30 motif batik khas Karawang. Masing-masing motif punya makna tersendiri.

Herry Daryanto (64), Pemilik Workshop Batik Putri Sanggabuana Karawang telah menghasilkan 30 motif batik khas Karawang. Setiap motif mempunyai filosofi yang menggambarkan Karawang. Tempat itu awal dirintis di tahun 2016.
“Kita sudah memproduksi 30 motif batik khas Karawang, semua filosofinya saya kaitkan dengan kearifan lokal Karawang. Seperti sejarah Candi Jiwa, kedua motif Sirung disimbolkan cikal bakal Kemerdekaan Indonesia dari hasil mencuri konseptor Proklamasi dan Padi Gendang filosofinya Karawang merupakan Lumbung Pangan Nasional. Kami merintis sejak tahun 2016,” katanya Senin (9/9).

Meski membuka workshop batik, namun Herry tidak mempunyai keinginan untuk menjadikan tempat itu sebagai pemasaran. Ia mempunyai keinginan untuk mengelola menjadi sarana edukasi bagi masyarakat dalam membuat batik.

“Kalau workshop batik yang saya kelola sebenarnya tidak berorientasi produksi, hanya dibuat untuk sosialisasi batik. Alhamdulillah dimanfaatkan dunia pendidikan sehingga sudah melahirkan pengrajin batik hingga tingkat internasional. Setiap pameran tingkat kabupaten sampai internasional sudah pernah kami lakukan. Minat masyarakat untuk menjadi pengrajin batik menjadi tantangan terbesar bagi kami, sekarang sudah ada 8 angkatan dengan 140 Sumber Daya Manusia yang kami didik,” tutupnya.

Sementara itu, permasalahan limbah cair yang dihasilkan oleh pengrajin batik dapat diatasi dengan adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah yang menggunakan alat Nano Oksimic Micro Babel Generator (NOMBG). Sendy Ramania Wurandani, Ketua Yayasan Batik Provinsi Jawa Barat mengatakan sebelum adanya alat tersebut, cara untuk mengatasi limbah cair dilakukan dengan pemasangan beberapa bak di dalam tanah. Ketika cara itu dinilai kurang efektif, maka diciptakan alat modern. Ia mengaku teknologi ini sudah diteliti oleh profesor “Kita sudah pernah sosialisasi dengan sistem secara sederhana tetapi sekarang sudah menemukan sebuah alat yang diteliti oleh profesor,” ujarnya Senin (9/9).

Adanya teknologi ini dapat mengubah air limbah dari warna hitam menjadi jernih. Kemudian hasil dari endapan yang telah tersaring juga dapat dijadikan briket. Ia menjelaskan air hasil penyaringan dimanfaatkan kembali oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari, namun belum dapat digunakan sebagai air minum.

“Alat itu bisa memproses limbah batik yang berwarna hitam kemudian hasilnya menjadi endapan yang bisa dijadikan briket, sedangkan airnya bisa dikelola lagi dengan pasta sehingga menjadi bening dan bisa digunakan lagi untuk mencuci tetapi tidak bisa digunakan untuk minum,” jelasnya.

Meski telah menemukan alat, namun permasalahan terbesar saat ini terletak di Sumber Daya Manusia (SDM) di Karawang yang belum mempunyai keinginan untuk menjadi pengrajin batik. Sendy mengajak masyarakat terutama generasi muda untuk tidak takut menjadi wirausahawan.

“Menjadi masalah krusial di Kabupaten Karawang ini adalah regenerasi membatik, pengrajin batik banyak yang gulung tikar dan beralih profesi setelah terjadinya covid. Ayo jangan hanya berpikir menjadi ASN dan buruh pabrik yang menjanjikan dengan UMR 5,2 juta tetapi belum dipikirkan biaya hidup,” lanjutnya

Komarudin Kudiya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengrajin Batik Indonesia menerangkan cara kerja NOMBG dimulai dari pemasangan alat ke dalam bak limbah, setelah itu alat akan bekerja untuk melakukan penyedotan udara. Hasil yang dikeluarkan berupa gelembung kecil yang akan saling bertabrakan. Kemudian air tersebut dipisahkan untuk ditambahkan pasta khusus. Dilanjutkan dengan proses pengendapan selama 2 jam hingga menghasilkan air yang jernih.

“Jadi alat ini kita simpan di bak limbah, kemudian didorong oleh pompa YOK setelah itu akan menyedot udara dan akan dikeluarkan berupa gelembung kecil. Setelah itu diperiksa oksigen yang terlarut, kalau oksigennya kecil maka mikroorganisme di air ini mati dan menjadi bau. Kalau sudah dimasukan alat ini bisa mencapai 5 sampai 7. Gelembung air akan bergerak bebas sampai pecah dan kotoran ini menguai ke udara. Kita pisahkan untuk ditambahkan formula pasta, setelah 2 jam air limbah tadi akan bening kembali,” jelasnya.

Terobosan ini dapat dibeli dengan harga 30 juta. Tidak hanya mendapatkan alat dan pasta saja, namun pengguna juga akan diberikan rahasia dari bahan campuran pembuat pasta.
“Kami yang merumuskan formulanya, tetapi kalau ada yang membeli akan diberikan rahasia formulanya karena zat pembuat formulanya tersedia semua. Satu set alat dengan formulanya itu 30 juta. Alat ini sudah kami hak patenkan.

Kita sediakan 10 alat, tadinya kita menjual di anggota saja tetapi Kepala Dinas Perindustrian Jawa Barat melihat yang kita lakukan kemudian dianggarkan untuk pembelian alat ini,” kata Komar sapaan karibnya.

Cellica Nurrachadiana, Anggota DPR RI Dapil Karawang mengatakan batik khas Karawang muncul ketika tahun 2016, setelah ia meminta kepada Herry untuk menciptakan identitas melalui batik. Ia menegaskan pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjaga kearifan lokal dengan berbagi cara.

“Pemerintah daerah wajib untuk menjaga kearifan lokal dengan cara apapun. Pada tahun 2016, saya meminta kepada beliau untuk belajar ilmu menciptakan batik khas Karawang. Kita akan jaga identitas diri Karawang khususnya batik. Kesulitannya adalah SDM karena disini masih berpikir bekerja di pabrik, kita akan mencari rumusan untuk mengatasinya,” pungkasnya.(nad)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button
Verified by MonsterInsights