Uncategorized

Modal Tanam Mencekik

BERJALAN DI PEMATANG SAWAH: Seorang petani Desa Tegalwaru, Kecamatan Lemahabang, Kamad berjalan di pematang sawah yang bertanah dan berkerikil. Dia mengeluh karena modal tanam membengkak sejak musim kemarau.

Biaya Sewa Mesin Pompa dan Bensin Kuras Dompet

CILAMAYA WETAN, RAKA – Menjadi petani zaman now semakin sulit. Meski harga gabah kering pungut mengalami kenaikan, namun modal tanam jauh lebih besar. Apalagi musim kemarau tahun ini begitu menguras tenaga dan materi.

Petani Desa Tegalwaru, Kecamatan Lemahabang, Kamad mengatakan, lebih semangat bertani setelah harga GKP mengalami kenaikan. Namun, para petani akan tetap mengeluarkan modal lebih besar, jika saat masa tanam masih menggunakan pompa. “Alhamdulillahnya naik, tapi kan tetap modal kita juga lebih besar kalau pakai pompa,” katanya.

Menurutnya tidak heran jika banyak petani yang resah ketika harga padi turun. Pasalnya, area pesawahan petani yang tidak dialiri langsung oleh sumber air, modalnya lebih besar. Untuk satu hari masa pengolahan tanah saja, kata Kamad, butuh 125 liter bensin per hektare agar sawah bisa terairi. Kalau dirupiahkan, tinggal dikali saja dengan harga bensin. “Kalau harga bensin di pom Rp7600 per liter, kali 125 liter. Itu untuk mengairi saat olah tanam saja, belum sampai ke panen,” ujar kamad.

Belum lagi proses yang lain seperti tandur Rp1 juta, bisa juga pakai borongan Rp750 ribu per hektare. “Belum lagi untuk pupuknya, misalkan pakai gemuk plus obat-obatan. Sekitar lima juta habis untuk itu saja, ditambah yang tadi,” katanya.

Sementara pendapatan petani hingga panen, selama kurang lebih 5 bulan itu sekitar 6-8 ton saja. “Itu pun kalau hitungan mulus, kalau ditambah gangguan hama dan kegagalan lainnya, petani cuma bisa gigit jari,” tandasnya.

Ia berharap pemerintah bisa memberikan solusi terbaik bagi petani. Jika bantuan traktor sudah hampir tak dirasakan oleh petani, karena tetap harus bayar. Kedepannya dia berharap pemerintah dapat memberi bantuan mesin pompa jenis dompleng. “Kalau dompleng kan pakai solar, biaya murah dan air lebih besar. Tapi lebih bagus lagi kalau alirannya diperbaiki sih, karena tak butuh modal lagi,” harapanya.

Tokoh tani Telagasari Saepul mengaku tak bisa mengairi sawahnya dengan aliran irigasi, karena posisi sawah berada lebih atas dari aliran air. Maka setiap musim tanam, dengan terpaksa harus menggunakan pompa meski banyak modal yang harus dikeluarkan. “Mau gak mau kalau mau tanam itu harus pompa,” katanya.

Menurutnya pemerintah harus melihat petani dari berbagai sisi, agar tahu kelemahan dan kebutuhan petani. “Intinya, agar bantuan yang dialokasikan untuk petani benar-benar dapat dimanfaatkan,” katanya. (rok)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button