Modus Baru Judi Pilkades
CILAMAYA WETAN, RAKA- Satu bulan jelang pemilihan kepala desa (Pilkades), tim survei suara atau yang akrab disebut cheker mulai turun ke lapangan. Bahkan, beberapa diantaranya merangkap sebagai penjudi yang mempertaruhkan duit puluhan hingga ratusan juta.
Ada perbedaan modus baru penjudi untuk memenangkan judi pilkades. Jika dulu penjudi berani memodali calon kades, kini mereka lebih memilih membeli giri atau surat undangan memilih agar tidak datang ke tempat pemilihan suara (TPS) atau mengguyur uang kepada hak pilih untuk memenangkan calon kades pilihan penjudi. Para penjudi ini memiliki perhitungan dan pemetaan suara yang matang, agar besarnya uang yang mereka keluarkan tidak sia-sia.
Kaur Trantib Desa Tegalsari Cecep mengaku menemukan ada orang luar desa nongkrong tanpa alasan jelas dan motifnya, namun saat ditelusuri lebih jauh, ternyata mereka itu adalah bagian dari cheker penjudi. Sebab, si bandar maupun penjudi enggan mengeluarkan duit taruhannya lebih cepat, sebelum mempertimbangkan angka dan suara hasil pemetaan para cheker. “Cheker itu kadang ya lebih valid ketimbang lembaga survei. Hebatnya lagi ya mereka tahu alamat rumah hak pilih dan nama-namanya, padahal bukan orang asli desa kami,” katanya, pada Radar Karawang, Jumat (18/10) kemarin.
Menurutnya, saat ini penjudi sudah beralih sasaran. Jika dulu berani memodali calon kades yang dianggap berpeluang menang dan saat menang duitnya dibayar dua kali lipat. Tapi saat ini, penjudi lebih memilih bertaruh antar dua orang atau dua kelompok dari luar desa, seperti menonton pertandingan sepak bola. Para penjudi diperkirakan akan berani keluarkan duit demi dukungannya menang dengan memberikan duit lebih tinggi dari pihak lawan kepada pemilik suara atau dengan membeli surat undangan kepada hak pilih lawan agar tidak datang saat pemungutan suara.
Jika jual beli suara ini terjadi, lanjutnya, maka partisipasi pemilih bisa menurun. “Bagi kami penjudi gak ada untung ruginya, tapi kalau demi memenangkan dukungannya dengan cara jual beli girik, dari hak pilih, ini bisa sedot partisipasi pemilih,” paparnya.
Agus Andre, Ketua Panitia Pilkades Tegalsari mengatakan, panitia menjamin pilkades steril dari aksi penjudi. Pihaknya tidak akan sembarangan memberikan data-data pilkades. Memang, tidak bisa ditampik dalam demokrasi desa itu ada saja para Cheker dan penjudi yang memiliki tugas masing-masing. Tapi bagi panitia, tugas -tugas sosialisasi sudah disampaikan secara menyeluruh, termasuk agar pemilih jangan terpengaruh pada penjudi. “Sosialisasi untuk partisipasi pilkades mah sudah, kalau urusan mereka datang atau enggak nanti pas hari H, atau karena dorongan penjudi, itu di luar kewenangan kami,” paparnya.
Mengenai hak pilih tambah Andre, dalam daftar pemilih sementara (DPS) jumlah hak pilih di Desa Tegalsari mencapai 3.630 jiwa, sementara saat DPT ditetapkan setelah hasil penyisiran dan verifikasi RT dan RW, bertambah 40 menjadi 3.670 suara. (rud)