Murid SMPN 2 Lemahabang Demo Kepsek
Gara-gara Pungutan Outing Class Rp750 Ribu
LEMAHABANG, RAKA – Ada yang tidak biasa terjadi di SMPN 2 Lemahabang, Selasa (3/9). Kegiatan belajar mengajar yang biasanya berlangsung dari pagi hingga siang, mendadak dihentikan.
Ratusan peserta didik menolak belajar pada hari itu. Sejumlah siswa terlihat membawa kain bertuliskan “PAI (Pendidikan Agama Islam) pelajaran agama, bukan buat koruptor”, “uang dan wanita yang diprioritaskan korupto”, “bukan bati tapi prestasi”, “fuck kepsek”. Ada pula tulisan di kertas yang mereka tempel di mading sekolah, semisal “save kaum miskin”, “apa maksudnya outing class, outing class gak ikut bayar 400 ribu”, “tahun baru ya kepsek baru”, “outing class apa rekreasi keluarga?”. Tidak hanya di sekolah, pelajar putih biru itupun tumpah ke jalan sambil menunjukan ungkapan kekesalan mereka terhadap kepala sekolahnya. Bahkan, dalam unjuk rasa tersebut, terlontar bahasa-bahasa kotor. Tuntutan mereka diantaranya agar kepala sekolah segera meninggalkan dan menanggalkan jabatannya.
Kekesalan para peserta didik itu rupanya muncul karena mereka jengkel soal pungutan outing class yang mencapai Rp750 ribu per siswa. Sementara bagi siswa yang tidak ikut, diwajibkan membayar Rp400 ribu.
Menanggapi aksi siswanya, Kepala SMPN 2 Lemahabang Nilnamuna atau biasa disapa Danil mengaku, permasalahan ini bisa diselesaikan melalui diskusi. Terlebih, dia memandang aksi yang dilakukan siswanya ini terfokus pada bayaran outing class. “Entah siapa yang melempar isu jika siswa yang gak ikut harus bayar Rp400 ribu. Padahal sekolah tidak membuat kebijakan itu, tapi terlanjur tersebar di kalangan siswa,” akunya.
Lebih lanjut dia mengatakan, aksi unjuk rasa tidak biasa dilakukan oleh siswa SMP. Namun, saat ditanyakan apakah ada oknum yang menumpangi, dia mengaku tak berani bicara seperti itu. “Kalau siswa SMP belum pada level ini, masalah oknumnya saya gak berani ngomong. Tapi pak wakil bupati Karawang mengatakan itu,” dalihnya.
Pasca kejadian ini, dia mengimbau kepada orang tua siswa agar lebih mendampingi anaknya di lingkungan keluarga. “Kepada orang tua, anak diberi wejangan-wejangan agar tidak kebablasan seperti ini,” pungkasnya. (rok)