Angka Pernikahan Dini Masih Tinggi, Waspada Risiko Akibatnya
Radarkarawang.id- Masyarakat perlu diedukasi terkait pernikahan dini. Pasalnya, saat ini angka pernikahan dini di Indonesia cukup tinggi. Bahkan di kota besar, termasuk Jakarta, masih ada kasus pernikahan dini. Sejumlah kalangan terus sosialisasi ke masyarakat, terkait risiko yang ditanggung akibat pernikahan dini.
Psikolog klinis anak dan remaja Farras Afiefah menuturkan, ada beberapa risiko yang harus ditanggung pasangan nikah dini. “Khususnya bagi pihak perempuannya. Risiko terbesar itu keselamatan ibunya,” katanya, Rabu (12/6), seperti dikutip dari Jawa Pos.
Diteruskannya, ketika pernikahan dilaksanakan di tengah usia belum cukup, otomatis faktor lainnya juga belum siap. Mulai dari fisik, emosional, hingga finansial. Dia mengatakan, anak-anak di usia remaja belum waktunya untuk menikah atau membangun keluarga. Apalagi mereka yang menikah dini, bakal punya anak. Ketidaksiapan orang tua hasil pernikahan dini, dikhawatirkan berdampak negatif pada perkembangan anaknya.
Farras lantas menyampaikan, kasus pernikahan dini masih banyak terjadi di masyarakat. Tidak hanya di daerah-daerah, tetapi juga di perkotaan. Menurutnya di Jakarta masih ada kasus pernikahan dini. Meskipun secara kuantitas tidak terlalu signifikan. Menurut Farras ada beberapa pemicu, sehingga kasus pernikahan dini masih muncul di masyarakat. Diantaranya adalah faktor ekonomi dan pendidikan sebuah keluarga. Kemudian juga faktor sosial, budaya, serta pemahaman agama. “Pernikahan itu ibadah. Tapi harus dilaksanakan ketika sudah siap,” jelasnya.
Kemudian dengan menikah, orang tua menjadi kehilangan beban ekonomi. Pasalnya beban ekonomi keluarga, diturunkan ke anaknya yang menikah di usia dini. Jadi, dia berpesan kepada orang tua, supaya anak-anaknya menikah sesuai ketentuan pemerintah. Seperti diketahui, aturan Kementerian Agama (Kemenag) batas usia menikah adalah minimal 21 tahun untuk laki-laki maupun perempuan.
Sosialisasi pencegahan pernikahan dini lewat kampanye Tunda Dulu itu merupakan inovasi dari mahasiswa Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR. “Lewat program Tunda Dulu, kami tidak hanya memberikan pemahaman mengenai dampak pernikahan dini,” kata Ketua Pelaksana program Tunda Dulu Keyshia Hianusa. Dia menambahkan juga berupaya untuk menginspirasi pelajar atau remaja merencanakan masa depannya yang lebih baik. Misalnya lewat pendampingan karir dan beberapa kegiatan lainnya. Dia menjelaskan, sosialisasi pencegahan pernikahan dini perlu dikemas yang menarik. Serta sesuai dengan dunia remaja sekarang, yang erat dengan teknologi. (asy)