Nelayan Sungaibuntu Sengsara
Hasil Tangkapan Turun 250 Kilogram
PEDES, RAKA – Dampak kebocoran minyak Pertamina sejak 12 Juli mulai terasa terhadap penghasilan nelayan di Sungaibuntu, Kecamatan Pedes.
Sutardi (34) warga Kampung Sungaibuntu 2, Desa Sungaibuntu, mengatakan, minyak tersebut sangat mengganggu akitvitas para nelayan saat mencari ikan di laut utara Karawang.
Menurutnya tiga kilometer dari bibir pantai, minyak masih banyak dan berdampak terhadap jumlah ikan. “Di tengah masih banyak limbah (minyak), jadi susah mau nangkap ikan juga,” jelasnya kepada Radar Karawang, Senin (29/7).
Ia melanjutkan, biasanya mendapat ikan satu kwintal sampai tiga kwintal per hari. Kini hanya 50 kilogram.
“Kami tetap melaut meski pendapatan berkurang. Karena kita tidak punya penghasilan lain,” katanya yang mengaku sudah menjadi nelayan 22 tahun.
Rukun Nelayan Warsad mengatakan, minyak yang mencemari Pantai Sungaibuntu sangat mempengaruhi hasil tangkapan ikan. Apalagi bagi pencari ikan yang tidak memakai perahu, bisa sampai 100 persen tidak berpenghasilan.
“Kalau yang pakai perahu masih bisa mencari ikan walaupun menurun drastis pendapatannya. Tapi kalau yang langsung turun, mereka tidak lagi cari ikan,” katanya.
Tarli, Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Desa Sungaibuntu mengatakan, setiap hari minyak di laut bisa diangkut sebanyak 400 karung.
“Setiap hari ada empat armada (perahu) yang beroprasi untuk mengangkat limbah di air, dan satu perahu bisa mengangkat maksimal 100 karung,” ujarnya.
Asep Rahman, kepala Desa Sungaibuntu mengatakan, sejak Selasa (23/7) Desa Sungaibuntu sudah membuka pengaduan bagi warga yang dirugikan, akibat dampak tercemarnya minyak Pertamina. Menurut pengakuannya, saat ini baru mayoritas nelayan dan pengelola pariwasta yang ada di Sungaibuntu yang sudah menyampaikan pengaduan. Sedangkan petani tambak baru ada satu orang yang melaporkan.
“Semua limbah yang ada di Desa Sungaibuntu, sementara dikumpulkan di halaman kantor desa,” pungkasnya. (cr4)