Ngaruwat Bumi di Pulokaim

KUTAWALUYA, RAKA – Beragam cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat yang dihasilkan dari bumi. Salah satunya melalui tradisi ngaruwat bumi atau merawat bumi yang biasa dilaksanakan setiap tahun. Tradisi ini tidak aneh di telinga masyarakat Sunda, biasanya ngaruwat bumi ini dilaksanakan setalah musim panen padi atau sebelum cocok tanam. Namun seiring perkembangan zaman, tradisi tersebut sudah mulai ditinggalkan. Oleh karenanya untuk melestarikan tradisi, ngaruwat bumi ini kembali digelar di Dusun Pulokaim, Desa Kutagandok, Kutawaluya.
Penggagas acara ngaruwat bumi di Dusun Pulokaim Tamin mengaku sudah beberapa tahun terakhir tradisi ngaruwat bumi ini sudah tidak digelar di dusunnya. “Dulu pernah ada ngaruwat bumi, itu pun acaranya hanya membuat tumpeng dan makan bersama,” katanya saat ditemui di sela-sela acara.
Lebih lanjut kata Tamin, ngaruwat bumi tahun ini turut dimeriahkan dengan ngarak dangdong, hajat bumi, dan pentas seni seperti pencak silat. Pihaknya mengaku acara ngaruwat bumi ini turut mendapat dukungan juga dari masyarakat sekitar. “Acara ini betul-betul dari swadaya masyarakat, kita ingin tradisi seperti ini tidak dilupakan,” ujarnya.
Tamin menginginkan ngaruwat bumi yang merupakan tradisi turun temurun ini bisa dilestarikan atau diperkenalkan kembali kepada masyarakat. “Mudah-mudahan tahun depan bisa melaksanakan acara ngaruwat bumi lagi,” pungkasnya. (mra)