Kota Masuk Wilayah Siklus Banjir Lima Tahunan
KARAWANG, RAKA – Musim hujan sudah tiba. Warga Karawang kota dihimbau rajin membersihkan selokan dari sampah. Pasalnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang menetapkan Karawang Barat, satu dari delapan kecamatan rawan banjir, yaitu Kecamatan Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Karawang Barat, Cikampek, Cilamaya, Rengasdengklok, Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya.
Kepala BPBD Kabupaten Karawang Asep Wahyu Suherman mengatakan, faktor cuaca menjadi pertimbangan dalam penetapan status siaga bencana banjir ini. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan deras dan angin kencang akan terjadi dari November 2018 hingga Mei 2018. BPBD Karawang juga merujuk kepada rekam jejak terjadinya bencana. Intensitas bencana dari November hingga Januari tercatat cukup tinggi. Dari delapan kecamatan tersebut kasus bencana banjir lebih tinggi dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang.
Asep mengimbau warga agar tidak membuang sampah sembarangan ke sungai. Karena, tindakan itu berpotensi menyebabkan banjir. Warga juga diminta waspada dengan kondisi cuaca buruk yang bisa mengakibatkan banjir, dan puting beliung.
Sementara itu, pasukan satuan tugas (Satgas) siaga bencana BPBD Kabupaten Karawang, siap menjadi garda terdepan dalam memasuki musim penghujan tahun ini. “Ya kami selalu siaga atas arahan pimpinan di musim penghujan ini,” ujar Kaming.
Kaming melanjutkan, satuan tugas yang saat ini ada di setiap kecamatan se-Kabupaten Karawang, sudah mewanti-wanti dengan datangnya musim penghujan. “Kami jajaran satgas BPBD Karawang dari semua yang berada di kecamatan masing-masing, diinstruksikan agar lebih intensif memperhatikan wilayah,” katanya.
Lurah Nagasari Ade Sukardi mengatakan, pihkanya sudah menggalakan gotong royong membersihkan selokan. Menurutnya tidak ada batasan usia mengikuti gotong royong. Sebab, sejauh ini pola hidup bersih dan sehat dilakukan oleh semua elemen di Kelurahan Nagasari. Mulai dari masyarakat, pemerintah, hingga aparat. “Giat kebersihan disini selain terjun ke lapangan, ternyata masyarakat sudah lakukan pemilahan mana sampah organik dan non organik,” terangnya.
Ia melanjutkan, keberadaan bank sampah misalnya, sudah bisa menyerap sampah yang bernilai ekonomis seperti limbah botol air mineral. “Meskipun belum semua warga sadar, saya berharap agar kesadaran masyarakat kedepan bisa lebih baik lagi,” katanya.
Warga Nagasari, Herry (40) menyampaikan, keberadaan bank sampah yang sudah berjalan selama satu tahun, ternyata membawa perubahan pola pikir masyarakat. “Kerja bakti Alhamdulillah setiap Jumat atau hari libur. Dan Alhamdulillah juga dengan adanya bank sampah, bisa dipilih sebelum dibuang ke tempat sampah sementara,” katanya.
Lanjut Herry, dia tidak menampik masih banyak sampah yang masih perlu diperhatikan. “Kerja bakti kita tiap Jumat, ya itung-itung antisipasi hujan yang sudah mulai datag,” paparnya (apk)