Uncategorized

Olah Lahan Sambil Garap Skripsi

MENGOLAH LAHAN: Dua orang mahasiswa Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsika sedang mengolah lahan di Desa Sirnabaya, Kecamatan Telukjambe Timur.

TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Menjadi mahasiswa yang paripurna tentu mesti melalui tahapan tugas akhir skripsi demi mendapat gelar sarjana. Skripsi kerap menjadi momok menakutkan bagi banyak mahasiswa. Namun tidak demikian dengan para mahasiswa semester akhir jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsika. “Intinya jalani sajalah, enjoy, ikuti prosesnya,” ucap Yoga Pratama (22), Rabu (1/7).

Siang itu Yoga tengah menggarap lahan pertanian di Desa Sirnabaya, Kecamatan Telukjambe Timur. Bersama tujuh temannya di jurusan yang sama, mereka bersama-sama mennggarap lahan tersebut untuk keperluan penelitian skripsi. Setidaknya sejak Juni kemarin hingga Agustus nanti ia akan menjadi “petani”, segala tahapan skripsi ia jalani mulai dari mempersiapkan bahan dan alat, pengolahan, pemupukan, pesemaian benih, penanaman binit sayur, perawatan hingga ke tahap panen. “Setelah panen kita amati parameternya, kita analisis dan dituangkan dalam skripsi,” terangnya.

Sebagai mahasiswa agroteknologi semester 8, judul skripsi yang tengah digarapnya berjudul “Pengaruh Kombinasi Jenis Mulsa dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Paria”. Yoga mengatakan banyak menemukan hal baru untuk dipelajari meski tahapan skripsinya baru berjalan satu bulan ini. Ia mengakui baru terjun ke pertanian saat menjadi mahasiswa, meskipun sebenarnya ia tinggal di pedesaan. Misalnya ia jadi tahu berbagai jenis pupuk dan cara mengolah tanah. “Secara luas banyak lah ya yang didapat selama kuliah,” tuturnya.

Sementara itu, Wanga Gunadi (22) menyampaikan, penggarapan lahan tani tersebut betul-betul dilakukan oleh para mahasiswa dari tahapan awal sampai akhir. Meski demikian, mereka juga dibantu oleh beberapa petani yang memang telah terbiasa menggarap lahan. Skripsinya sendiri berjudul “Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pare terhadap Pemberian Berbagai Taraf Ketebalan Mulsa Jerami Padi”. Judul ini ia garap mengingat petani saat ini banyak yang menggunakan mulsa plastik ketimbang mulsa organik. “Memanfaatkan limbah juga kan, ada recycle disitu,” terangnya.

Mantan Ketua BEM Agroteknologi ini juga mengatakan, luas lahan yang digarap bersama teman-temanya sekitar 3000 meter persegi. Proses penggarapan lahan sudah dimulai sejak sepekan ini. Kedepannya mereka mesti benar-benar melakukan sendiri setiap tahapan bertani dan mengamati. “Perlakuan A nanti dikasih apa, perlakuan B kasih apa, nanti C beda lagi, misal dengan ketebalan mulsa organik yang berbeda-beda nanti hasilnya seperti apa,” paparnya.

Ia menyadari saat ini tidak banyak generasi muda yang mau terjun langsung ke lahan pertanian. Padahal petani itu sendiri singkatan dari penyangga tatanan negara Indonesia, dikutipnya dari pernyatan Soekarno. Potensi paling besar di Indonesia menurutnya adalah sumber daya alam termasuk di dalamnya pertanian dan perikanan. “Kita sebagai anak muda, kalau bukan kita lagi yang melanjutkan mau kemana arah pertanian bangsa kita, kalai kita ogah-ogahan buat mengembangkannya gimana kita mau maju,” pesannya. (din)

Related Articles

Back to top button