Olah Limbah jadi Produk Bernilai, Karya Siswa SMAN 3 Karawang Dipamerkan
KARAWANG, RAKA – Siswa SMAN 3 Karawang mendaur ulang bahan bekas menjadi produk yang bernilai. Hasil produk ini dipamerkan dalam kegiatan milad ke- 38.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 3 Karawang Nurdin Sidik, menyampaikan rangkaian kegiatan telah dimulai dari adanya gerak jalan dan ditutup dengan adanya penilaian kinerja kepala sekolah. Dalam kegiatan pun dilakukan penjualan produk dari hasil pembelajaran siswa dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Di sekolah ini mengambil tema P5 berupa gaya hidup berkelanjutan dan gaya hidup sehat. “Di milad ke-38 ini kita banyak rangkaian acaranya, mulai dari jalan santai bersama dengan siswa dan guru setelah itu pemilihan ketua OSIS, pentas seni anak kelas XI, lalu ada pertandingan online kemudian kita lanjutkan dengan kegiatan hari guru. Hari ini acara puncaknya, karena projek P5 anak kelas X telah selesai maka ada istilah panen karya. Panen karya itu menampilkan produk dari hasil pembelajaran siswa dengan tema gaya hidup berkelanjutan dan gaya hidup sehat,” ujarnya, Selasa (28/11).
Ia mengungkapkan, hasil yang tercipta merupakan hasil dari ide siswa. Terdapat ratusan produk dari bahan dasar daur ulang. Selanjutnya untuk sistem pembelian menggunakan kupon yang telah disediakan. Tamu undangan dapat menukarkan uang dengan kupon tersebut. “Mereka yang mencari ide hasil produk dari bahan baku limbah seperti botol plastik diolah menjadi tempat tissue, vas bunga. Lalu mereka juga mendaur ulang daun-daun kering untuk dibuat menjadi kompos lalu produknya di jual kepada orangtua. Sistem pembeliannya menggunakan kupon, jadi tamu yang datang harus menukarkan uang langsung dengan kupon yang kita sediakan,” tambahnya.
Salah satu siswa dari kelas X.1, Citra Amanda membuat produk dari bahan dasar daur ulang tutup botol dan daun kering. Selama proses pembuatan terdapat kendala berupa anggaran untuk pembelian bahan tambahan dan terdapat anggota kelompok yang tidak bekerja. Ia menggunakan tutup botol sebanyak 350 buah. “Aku membuat tas dari tutup botol dengan jumlah 350 tutup botol. Jika dilihat dari bungkus makanan kemungkinan cepat rusak itu 90 persen jadi kita memilih tutup botol. Kita butuh waktu satu bulan karena kita buat karya tidak hanya dari tutup botol saja. Kendala pertama itu dari anggaran untuk menambah pembelian bahan yang lainnya, kedua itu karena ada anggota kelompok yang tidak bekerja,” ungkapnya.
Dari sejumlah tutup botol itu dapat menghasilkan karya berupa tas, vas bunga dan tempat makanan. Ia menambahkan mencari inspirasi dari sejumlah sosial media. Ia mengaku ketahanan produk tempat makanan dapat bertahan lama. “Kita melihat dari berbagai sosial media untuk inspirasi pembuatan. Kita harus memiliki kreativitas untuk mengubah sampah menjadi produk yang bisa menarik pembeli. Aku membuat tas dari tutup botol, vas bunga, tempat snack dan pupuk kompos. Kalau untuk yang bucket Snack itu sangat kuat, kalau vas bunga kita menggunakan sampah botol plastik,” imbuhnya.
Harga untuk tas sebesar 55 ribu, vas bunga sebesar 15 ribu dan untuk pupuk di jual dengan harga 10 ribu. Sekolah membantu menyediakan bahan berupa E4. Selanjutnya ia pun menambahkan bahan lainnya seperti gula. “Tas kita jual harga 55 ribu, vas bunga harga 15 ribu karena sudah ada bunga asli dan tanahnya juga, harga pupuk hanya 10 ribu. Dana pembuatan pupuk dibantu juga oleh sekolah, seperti E4. Kelompok kita pupuknya ada tambahan gula nya, pembuatan pupuk ini satu bulan juga,” tutupnya. (nad)