HEADLINEKARAWANG

Omzet Pedagang Pasar Tradisional Anjlok

SEPI PEMBELI: Pedagang sembako di Pasar Cikampek sedang menunggu pembeli yang tidak kunjung datang, kemarin.

Harga Turun, Pembeli Berkurang

KARAWANG, RAKA – Meski harga kebutuhan pokok menurun menjelang penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Karawang, namun pendapatan para pedagang Pasar Cikampek menurun signifikan karena berkurangnya jumlah pelanggan.

Dadang Hermawan (43), pedagang Pasar Cikampek mengatakan, ada perbedaan harga kebutuhan pokok sebelum virus corona mewabah. Misalnya, harga gula pasir per kiloghram gram Rp18 ribu, sekarang menjadi Rp17 ribu dan harga telur Rp24 ribu menjadi Rp20 ribu per kilogram. “Semanjak ada corona, harga kebutuhan pokok menurun,” ujarnya kepada Radar Karawang, Senin (4/5).

Penurunan harga tidak menjamin meningkatnya jumlah pembeli, apalagi Karawang akan menerapkan PSBB. Artinya ada pembatasan aktivitas secara ketat bagi masyarakat dan pedagang lain, seperti penjual martabak, pedagang nasi goreng, ayam bakar. “Omzetnya menurun sampai 50 persen. Soalnya, konsumen dan pengujung sepi,” tuturnya.

Sopian (39), pedagang sayuran mengaku, untuk harga kebutuhan pokok tetap stabil. Tidak ada penuran dan kenaikan secara signifikan. “Harga masih normal. Sebelum ada corona juga harga cabai rawit dan merah, serta bawang putih dan merah masih sama,” ujarnya.

Menurutnya, virus corona membuat para pedagang menjerit. Apalagi sekarang akan diterapkan PSBB, tentunya para pengunjung akan semakin berkurang. “Pastinya aktivitas masyarakat akan terbatasi. Sekarang juga omzet per hari sudah menurun sampai 50 persen, apalagi ditambah adanya PSBB,” ungkapanya.

Meski begitu, dia akan tetap menjalankan aktivitas seperti biasa dengan berjualan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari. “Kita tetap jualan untuk mencari nafkah, walaupun sepi juga,” pungkasnya. Di Pasar Rengasdengklok, harga sembilan bahan pokok (sembako) stabil. Namun pendapatan para pedagang menurun drastis.

Endah (53) pedagang beras mengatakan, harga beras sebelum dan saat pandemi ini tidak terjadi perubahan alias stabil, hanya saja mengalami penurunan omzet. “Kalau harga normal, cuma pembelinya sepi. Ada kali sampai 50 persen lebih mah turunnya, soalnya sepi banget,” jelasnya.

Ia melanjutkan, harga beras super Rp9.000 per liter, dan beras biasa atau medium Rp7.000 per liter. “Kalau per kilo berarti tinggal ditambah 2.000 saja, misalnya yang Rp9.000 jadi Rp11.000 gitu,” ujarnya.

Meski beberapa hari lagi Pemerintah Kabupaten Karawang akan memberlakukan PSBB, namun Euis tidak akan menyetok beras di tokonya. Menurutnya beras yang ada saja masih banyak. “Kalau yang nawarin banyak, tapi saya gak nyetok. Sialnya yang ini saja udah ada yang sampai rusak,” ujarnya.

Rido (24) pedagang sembako merasakan ada penurunan pembeli sejak masa tanggap darurat corona. Sedangkan harga masih stabil, seperti minyak curah per kilogram Rp10.000, telor ada penurunan dari harga Rp26 ribu jadi Rp23 ribu. Kemudian gula pasir dari Rp13 ribu per kg jadi Rp17 ribu dan kacang ijo antara Rp24 ribu dan Rp25 ribu per kg. “Kalau kacang ijo itu kan gimana kualitasnya, kalau yang lokal sekarang lagi gak ada,” ujarnya.

Sejumlah komoditas lain pun masih dalam keadaan stabil, sebagaimana kata Desi (28) pedagang kelontongan warga Warudoyong, Desa Rengasdengklok Selatan, mengatakan, harga cabai merah Rp18 ribu per kg, cabai rawit Rp16 ribu per kg, kecuali harga bawang naik dari harga normal Rp24 ribu sekarang sampai Rp48 ribu per kg. “Kalau yang naik (harga) itu cuma bawang merah saja. Rata-rata harga yang lain masih normal, cuma pembelinya sepi,” katanya.

Desi menambahkan, sudah beberapa pekan ini setiap belanja ke Pasar Cibitung selalu ada yang dikurangi, seperti biasa beli cabai 20 kilogram jadi 10 kilogram. Hal itu dikarenakan sepi pengunjung, sehingga dirinya tidak mau mengambil resiko. Begitupun kata dia, pembeli langganan pun turut dikurangi saat berbelanja. “Jadi benar-benar sejak ada corona ini, apalagi nanti katanya mau PSBB,” ujarnya.

Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana mengatakan, yang perlu dipahami oleh masyarakat, PSBB tidak seram seperti yang dibayangkan. “PSBB bukan lockdown. Kami hanya membatasi. Seperti membatasi aktivitas masyarakat di luar, dan ketika beraktivitas ada ketentuan ketentuan yang harus ditaati,” ungkap Cellica. (acu/mra)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button