Orang Tua Penting Pantau Pembelajaran Jarak Jauh
BELAJAR : Anak-anak saat mengikuti proses belajar mengajar sebelum pandemi Covid-19. Tahun pelajaran 2020-2021 sudah dimulai, seluruh siswa belajar dengan pembelajaran jarak jauh.
PURWAKARTA, RAKA – Menyambut kebijakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau new normal, sektor pendidikan diupayakan untuk kembali dipulihkan. Sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh Kemendikbud bahwa tahun ajaran baru 2020/2021 tetap di jadwalkan mulai bulan Juli ini.
Namun, kondisi pandemi Covid-19 yang masih mewabah mengharuskan beberapa daerah untuk tidak melaksanakan pelajaran tatap muka, proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara Pembelajaran jarak jauh (remote learning) dari rumah menggunakan aplikasi pembelajaran masih menjadi alternatif pendidikan.
Oleh karena itu, orang tua diharapkan mendampingi buah hatinya belajar di rumah untuk mencegah transmisi Covid-19 ini. Menurut pengamat pendidikan di Kabupaten Purwakarta, Cucu Patimah, guna mengefektifkan hal tersebut, orang tua mesti mengenali gaya-gaya pembelajaran anak. Bagaimanapun juga, tiap pembelajar memiliki gaya belajar masing-masing. “Mendampingi anak dalam proses pemebelajaran jarak jauh bukanlah hal yang mudah bagi orang tua dan sering kali orang tua menjadi stress dan emosional ketika mendampingi anak-anak belajar, dan tidak semua orang tua memiliki kemampuan untuk mengakses teknologi 4.0,” ungkap Wanita yang menjabat wakil kepala sekolah bidang kurikulum di Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pesantren (SMP BP) Al Muthohhar itu, Minggu (19/7).
Dia menambahkan, salah satu solusi untuk membuat pembelajaran jarak jauh menjadi menyenangkan adalah dengan mengenal gaya belajar anak-anak kita. “Dengan mengetahui gaya belajar anak-anak, kita akan memahami pelajaran mana yang lebih diminati oleh anak dan bagaimana mengembangkannya menjadi potensi yang luar biasa,” kata Cucu yang juga pernah menjadi dosen di Universitas Islam As Syafiiyah Jakarta itu.
Dirinya menjelaskan, gaya belajar adalah cara dimana anak-anak menerima informasi baru dan proses yang akan mereka gunakan untuk belajar.
Cucu menambahkan, seperti dalam buku Quantum Learning dipaparkan tiga modalitas belajar seseorang yaitu modalitas Visual, Auditori dan Kinestetik (VAK). Sebagian anak menerima informasi lebih baik dengan secara visual, sebagian lagi dengan cara Auditori. Sementara yang lain mungkin lebih efektif mengambil informasi melalui kinestetik. “Kita tidak bisa memaksakan seorang anak harus belajar dengan suasana cara yang kita inginkan karena masing-masing anak memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Karena kemampuan anak dalam mengangkap materi pelajaran tergantung dari gaya belajarnya,” ungkap Cucu.
Dirinya menjelaskan, sebagian anak memiliki gaya belajar kinestetik diawal hidupnya, karena kemampuan anak untuk menyerap informasi cenderung konkrit alias perlu benar-benar terasa tidak hanya dibayangkan saja. Namun, kata Cucu, stelah semakin besar, maka semakin jelas gaya belajar yang betul-betul dominan. “Banyak anak menurun prestasi belajarnya di sekolah karena di rumah banyak anak dipaksa belajar tidak sesuai dengan gaya belajarnya. anak akan mudah menguasai materi pelajaran dengan menggunakan gaya belajar mereka,” katanya. (gan)