Orang Tua Siswa SMAN 1 Telukjambe Barat Dimotivasi

MENYIMAK : Orang tua siswa SMAN 1 Telukjambe Barat saat menyimak materi yang disampaikan narasumber.
TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Banyaknya pendatang dari luar Karawang yang mencari kerja jangan dianggap sebagai saingan. Hal itu malah bisa menjadi peluang. “Suami istri muda itu cenderung pada kerja, yang nyuci siapa, yang masak siapa, palig larinya ke warung,” tutur salah satu wali kelas di SMAN 1 Telukjambe Barat, Zaini Ahmad, kepada Radar Karawang selepas pertemuan dengan orang tua siswa di sekolahnya, Rabu (4/3).
Rabu kemarin memang sekolah mengadakan silaturahmi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa. Dalam kesempatan itu pula setiap wali kelas memberi pengarahan kepada orang tua anak didiknya tentang tantangan masa depan. Pengarahan ini sebagai upaya agar pola pikir orang tua maupun siswa tidak hanya berorientasi pada kerja di pabrik setelah lulus sekolah.
Zaini mengatakan, saat ini gaji karyawan pabrik di Karawang memang cukup menjanjinkan bahkan terbesar se-Indonesia. Namun perekrutan tenaga kerja dengan sistem kontrak sama sekali tidak memberi jaminan, diantara mereka yang diangkat menjadi karyawan tetap hanya sedikit. Sementara itu perusahaan biasanya menerima karyawan di bawah usia 25 tahun. “Anak-anak juga cenderung konsumtif, baru kerja sudah cicil motor yang mahal, tapi nanti setelah umur dibatas 24 tahun seperti apa?” ujarnya.
Selain wirausaha, para guru juga menerangkan kepada orang tua mengenai pentingnya pendidikan tinggi bagi anak. Lulusan SMA itu didesain untuk kuliah, berbeda dengan lulusan SMK yang memang didesain untuk kerja. Lapangan kerja di pabrik pun didominasi pada bagian operator, lulusan SMA cenderung akan kalah saing dengan lulusan SMA. “Perusahaan pasti pilih yang sudah ngerti mesin daripada harus mengambil orang yang mesti dilatih dulu,” tambahnya.
Guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 1 Telukjambe Barat Pemi Senja Maulana menyampaikan, pihaknya menjelaskan kepada para orang tua bahwa Indonesia akan menghadapi fase bonus demografi. Perkembangan teknologi yang pesat juga dapat menjadi berkah untuk menyokong bonus demografi tersebut. “Guru ini berupaya agar siswa ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi,” jelasnya.
Ia mengakui, siswa di sekolahnya hampir 90% berorientasi kerja ketimbang berorientasi pendidikan setelah lulus nanti. Momen kemarin menjadi kesempatan untuk memotivasi orang tua agar mau kembali menyekolahkan anaknya. “Kuliah pun bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya contohkan sekolah kedinasan yang tiap bulannya mendapat gaji yang dipegang orang tua, begitu lulus langsung PNS,” terangnya. (din)