Purwakarta
Trending

Pasar Sasagaran Tawarkan Makanan Tradisonal

Urab Singkong hingga Tuweug

PURWAKARTA, RAKA – Di tengah derasnya serbuan makanan cepat saji dan tren kuliner modern, Purwakarta kini punya cara unik untuk mempertahankan cita rasa lama. Desa Dangdeur, Kecamatan Bungursari, menghadirkan Pasar Sasagaran, sebuah pasar tematik yang menawarkan deretan jajanan jadul dan makanan tradisional yang kian sulit dijumpai.

Pasar ini tidak hanya sekadar tempat jual beli, tetapi juga menjadi arena edukasi dan nostalgia. Berbagai makanan yang sempat hilang dari warung-warung modern kembali dihadirkan, mulai dari urab singkong, urab talas, gemblong, katimus, opak, kue ali, hingga tuweug, kuliner khas yang jarang terdengar namanya di kalangan generasi muda.

Tatang Taryana, Kepala Desa Dangdeur sekaligus penggagas ide ini, menjelaskan bahwa Pasar Sasagaran dirancang sebagai ruang pertemuan antara budaya, ekonomi, dan pariwisata.

Ia menyebut, ide menghadirkan Pasar Sasagaran berawal dari keprihatinan atas semakin terpinggirkannya makanan tradisional oleh tren makanan cepat saji. Diharapkannya, kegiatan rutin ini bisa menjadi ruang edukasi sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat.

“Banyak makanan khas kita yang sudah sulit dicari. Melalui pasar ini, kami ingin mengingatkan kembali kepada generasi muda bahwa kuliner tradisional memiliki nilai budaya sekaligus potensi ekonomi,” ujarnya, Minggu, (24/8).

Keberadaan pasar tematik ini juga menarik bagi kalangan muda. Banyak anak muda yang biasanya lebih akrab dengan kafe modern justru penasaran ingin mencicipi kuliner yang berusia puluhan tahun. Hal ini terlihat dari ramainya pengunjung yang datang tidak hanya dari Purwakarta, tetapi juga dari daerah sekitar seperti Karawang dan Subang.

Salah seorang pengunjung, Novi, mengaku senang dengan pengalaman tersebut. Sebagai generasi milenial, ia merasa berkesempatan untuk mengenal kuliner yang sebelumnya hanya ia dengar dari cerita orang tua.

“Es cendolnya enak sekali, rasanya beda karena dibuat tradisional. Saya juga baru tahu makanan bernama tuweug, ternyata unik dan bikin penasaran,” kata Novi.

Bagi pedagang lokal, Pasar Sasagaran menjadi peluang untuk memperkenalkan kembali resep keluarga yang hampir terlupakan.

“Sekarang ada tempat khusus untuk menjual jajanan lama, dan ternyata pembelinya banyak. Orang kangen makanan jadul,” ungkap salah seorang pedagang.

Diketahui, Pasar Sasagaran akan digelar secara rutin setiap akhir pekan. Dengan begitu, pasar tersebut bukan hanya sekadar ajang sesaat, melainkan program berkelanjutan yang diharapkan mampu membentuk destinasi wisata kuliner berbasis budaya lokal.(yat)

Related Articles

Back to top button