Pedagang Peuyeum Bendul Kian Terpuruk

MAKIN LESU: Kios peuyeum Bendul di Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.
PURWAKARTA, RAKA – Hantaman kembali dirasakan saat pandemi covid-19 tiba. Omset penjualan peuyeum makin merosot. Sebelumnya, pil pahit mereka alami pembukaan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) pada 2005 silam.
Pukulan pertama membuat para pedagang tape singkong alias peuyeum Bendul di Kecamatan Sukatani goyang. Bahkan tak sedikit yang gulung tikar. Banyak kios makanan tradisional tersebut tutup karena pembeli tak lagi singgah di jalur arteri yang menghubungkan Purwakarta-Bandung, akibat adanya jalan bebas hambatan.
Kini, usaha yang sudah turun temurun tersebut diperparah dengan hantaman virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok. “Dulu, sebelum ada Tol Cipularang omset per hari Rp2 sampai Rp3 juta. Apalagi hari Sabtu dan Minggu mencapai Rp7 sampai Rp8 juta,” ujar salah seorang pedagang peyeum Bendul, Ernawati (40).
Tapi, sambung dia, setelah ada jalan bebas hambatan tersebut omset turun drastis, paling besar Rp500 ribu sampai Rp800 ribu per hari. Atas kondisi itu, Ernawati mengaku terpaksa mengurangi stok penjualan dari sebelumnya 1 ton menjadi 5 kwintal per minggu. “Dikurangi produksinya sebagai upaya meminimalisasi kerugian,” tuturnya.
Ia bersama para pedagang lain tetap bertahan berjualan tape karena sudah menjadi mata pencarian. Atas kesabaran itu, kata dia, penjualan tape kembali ramai memanfaatkan keramaian pengguna jalan melintas di jalur arteri Purwakarta-Bandung.
Namun, penurunan penjualan kembali dirasakan setelah merebaknya wabah virus corona pada 2020. “Di 2020 itu penurunannya hampir 100 persen, bahkan sampai memutuskan tidak berjualan tape. Kalau sekarang Alhamdulilah meningkat kembali, yah 80 sampai 90 kilogram per hari terjual,” pungkasnya. (gan)