Pedang Syekh Baim Yusuf Masih

Jejak Pewaris Nabi di Purwakarta
PURWAKARTA,RAKA – Raden H Muhammad Yusuf bin Jaya Negara atau yang dikenal Syekh Baing Yusuf adalah seorang ulama penyebar agama Islam di Purwakarta.
Syekh Baing Yusuf ke Purwakarta pada tahun 1826 kemudian mendirikan masjid tempat syiar agama Islam ke masyarakat. Sasaran Baing Yusuf menyebarkan agama Islam pada waktu itu adalah ke badega atau pengawal Prabu Siliwangi yang singgah di Sindangkasih dan Kutawaringin yang saat ini dikenal dengan sebutan pasar Rebo. Badega pada saat itu masih memeluk agama Sunda wiwitan.
Alasannya, karena Baing Yusuf merasa memiliki tanggung jawab kepada para badega yang masih satu keturunan. Konon katanya Baing Yusuf ini masih merupakan keturunan Raja di Kerajaan Padjajaran. Syekh Baing Yusuf menyebarkan Islam di Purwakarta sekitar 119 tahun sejak pertama kali datang pada 1826 hingga meninggal pada tahun 1945. Baing Yusuf dimakamkan di sekitar Masjid Agung Baing Yusuf berlokasi tak jauh dari Kantor Pemerintahan Pemkab Purwakarta, dan keberadaanya saat menjadi wisata religi di Purwakarta. “Banyak yang ziarah kesini, mulai dari dalam, luar kota hingga di luar Pulau Jawa,” ujar pengurus Masjid Baing Yusuf Purwakarta Bidang Imaroh, R Sanusi, AS, kepada awak media.
Selain masjid, peninggalan Syekh Baim Yusuf adalah pedang , Alquran dan kitab fikih Sunda tasawuf Sunda yang saat ini masih tersimpan. Alquran dan kitab fikih Sunda, tasawuf Sunda Syekh Baing Yusuf gunakan untuk tausiah menyebarkan Islam kepada masyarakat Purwakarta zaman dulu di masjid sambil memegang pedang berdiameter sekitar 1,20 meter itu. “Pedang syekh masih asli dan sangat tajam kiri dan kanannya,” ujar dia.
Setelah Syekh Baing Yusuf meninggal, pedang itu masih digunakan untuk khotbah imam salat Jumat di Masjid Agung Baing Yusuf, namun semasa Bupati Purwakarta, Bunyamin Dudih tidak digunakan lagi dan diganti menggunakan tongkat. (gan)