Jadi Pengusaha tak Terbatas Usia

SEMANGAT BERWIRAUSAHA: Para pelaku usaha kecil menengah berkumpul, menghimpun ide, melebarkan sayap bisnis, dan tentu saja mendulang pundi untung.
KARAWANG, RAKA – Berwirausaha tak dibatasi oleh usia, tua maupun muda bisa meraih sukses selagi ada kemauan. Seperti halnya para pelaku UMKM di Karawang yang selalu semangat mengembangkan produk mereka.
Jamil Redja Nasrullah (21) merupakan salah satu pelaku UMKM muda di Karawang. Di sela kesibukannya sebagai mahasiswa dan karyawan swasta, ia menyempatkan diri untuk berjualan produk minuman yang dirintis bersama sang ibu sejak bulan Maret lalu. “Awalnya memang ada potensi, saya pengen juga nih ngembangin bisnis, Alhmadulillah ditakdirkannya di produk minuman,” tuturnya.
Alasannya memilih berbisnis produk minuman karena air merupakan kebutuhan dasar dan selalu dicari orang-orang. Keputusannya berwirausaha karena mencontoh idolanya yakni Nabi Muhammad yang juga seorang saudagar. Ia yakin 9 dari 10 pintu rezeki adalah dengan berniaga.
Jamil memgakui kerap ada ketakutan selama merintis usahanya yang baru 8 bulan. Meski demikian hal itu menjadi motivasi diri untuk terus berjuang, terlebih di masa pandemi seperti ini. Kunci berwirausaha menurutnya kreatif dan inovatif serta mengikuti perkembangan zaman. “Untuk berani mulai berwirausaha intinya kita harus gerak, jangan memikirkan modal materil dulu, karena kita sudah dikasih modal lainnya dari Allah seperti tubuh yang lengkap, optimalkan modal itu,” pesannya.
Pelaku UMKM lainnya Masdirah (50) memiliki usaha resto dan keripik yang baru berjalan 15 bulan. Di usianya yang sudah sepuh berwirausaha dianggap sebagai hiburan, sebab ia bisa bersilaturahmi dengan banyak orang. Dengan wirausaha yang dijalani ia juga bisa membantu sesama untuk yatim dan duafa. “Kalau itu sudah terpenuhi menjadi kepuasan pribadi, itu yang menjadi motivasi,” ungkapnya.
Usia tak jadi halangan baginya untuk merintis usaha selama bisa mejaga kesehatan dengan mengatur pola makan yang baik. Bahkan ia kerap merasa sakit jika tidak bekerja dan hanya berdiam diri di rumah. Meski demikian, waktu untuk kelurga tentu tetap ia sempatkan. “Berdaganglah karena setiap dagang itu ada pembelinya, kalau gak laku jangan tutup, harus tetap optomis suatu saat pasti akan datang pembeli,” ujarnya.
Sementraa itu, Karina Dwi Maharani (17) mengaku memulai usaha sejak kelas VII SMP sampai saat ini ia duduk di kelas XII SMA. Sejak belia ia tak malu untuk membawa bakpau buatan sang ibu dan menjualnya ke setiap kelas. “Motivasinya sih ngembangin bakat saja, jangan malu dan biarlah jadi diri sendiri,” ucapnya.
Saat ini usaha yang dijalaninya cukup berkembang, pembeli bukan hanya teman sekolahnya, sebab ia menjualnya juga secara online dan membuka sistem COD. “Kita belajar dari kecil bagaimana caranya cari uang agar saat dewasa nanti tidak kesulitan, setidaknya kita punya bekal ilmu dan pengalamannya,” ucapnya lagi.
Cerita serupa diungkapkan oleh Dwi Utami Ningsih (16) yang saat ini masih kelas XI SMK. Sejak kelas 1 SMP ia sudah gemar berjualan sampai saat ini menjual produk dessert buatannya sendiri. Memasak memang menjadi hobinya, tak ayal ia mengoptimalkan potensinya tersebut.
Menurutnya hobi yang menghasilkan uang sangat asyik untuk dijalani. Secapek apapun di sela kesibukan sekolah ia tetap menjalani usaha ini. “Jangan malu untuk berusaha, jangan gengsi, kalau gengsi mah lapar, mending kalau punya duit, apalagi pandemi,” pungkasnya. (din)