Karawang

Pelajar Merokok, Pemerintah Biasa Saja

MEROKOK: Sejumlah pelajar asyik menghisap rokok di area Stadion Singaperbangsa.

KARAWANG, RAKA – Masyarakat pada umumnya tidak berani menegur pelajar yang kedapatan sedang asyik menghisap rokok. Begitu pun pedagang, seenaknya menjual rokok pada generasi muda. Alhasil, para remaja tersebut menganggap jika menghisap rokok adalah hal yang biasa dilakukan.

Persoalan inipun menjadi biasa saja, karena pemerintah juga tidak terlalu peduli terhadap kesehatan remaja, terutama yang menyangkut soal bahaya rokok. Buktinya, tidak ada peraturan daerah yang melarang para pedagang menjual rokok ke anak-anak.

Dikonfirmasi Radar Karawang terkait alasan para oknum pelajar yang kedapatan merokok di warung kopi mengaku, merokok baginya masih di batas kewajaran daripada minum-minuman keras. Memang, banyak yang melarangnya untuk merokok, mulai dari guru dan orang tua, tapi kalau masih batas wajar dan tidak sampai mabuk minuman keras baginya sah-sah saja. “Merokok wajar, asal jangan minum-minuman saja. Tapi kalau ketahuan orang tua kita sih pasti dimarahi,” aku oknum pelajar SMP di Cibuaya yang enggan disebutkan namanya ini. Lagi pula, sambungnya, tidak banyak batang rokok yang ia habiskan dalam satu hari. Bahkan membelinya saja masih satuan, tidak sampai satu bungkus rokok yang dihisap. “Paling kalau lagi kumpul sama teman saja, soalnya tidak bebas merokok di sembarang tempat. Takut ketauan orang tua,” katanya.

Siswa lainnya menjawab, ketika sudah merasa nyaman dengan kepulan asap rokok, uang jajan yang mereka terima dari otang tua saat ini lebih banyak digunakan untuk membeli rokok. “Mau gak mau harus menyisihkan uang jajan, kalau saya sudah ketagihan, tapi tetap gak sampai sebungkus sehari,” ujarnya. Menanggapi hal itu, Darda (43) pemilik warung mengatakan, tidak keberatan jika warumg kopinya tersebut dijadikan tempat anak-anak untuk mengisap rokok. Hanya saja, ia tak mau disalahkan jika hal yang tidak diinginkan terjadi. “Saya cuma jualan, siapapun mereka yang membeli, ya saya kasih,” ungkapnya.

Ia juga mengaku, pernah sesekali menegur para siswa, namun tak pernah digubris. Ia melakukan ini karena sebenarnya khawatir menjadi bulan-bulanan orang tua ataupun gurunya di sekolah. “Mereka malah menjawab seenaknya, dan yang penting saya bayar,” pungkasnya, sambil memeragakan.

Pelajar salah satu SMK di Tirtajaya itu mengaku belum diizinkan oleh orangtuanya. Namun sepertinya pelajar tersebut sudah kecanduan terhadap rokok yang selalu jadi konsumsinya. “Sama orang tua gak diizinin. Makanya ngumpet-ngumpet,” akunya.

Karena sudah kecanduan, para remaja itu rela pergi jauh dari sekitaran rumahnya untuk bermain dan nongkrong sambil merokok. “Saya orang Dengklok. Sambil nongkrong aja di sini,” ucapnya.
Senada diungkapkan teman satu angkatannya, Rahmat, setiap hari merokok sudah menjadi kebiasaannya. Ia rela menggunakan uang jajan yang diberikan orang tuanya untuk membeli barang yang bagi seusianya tidak diperbolehkan itu. “Baru kelas X kalau sekolah. Ya gimana sudah sering merokok. Apalagi sambil nongkrong,” ujarnya. (nce)

Related Articles

Back to top button