Uncategorized

Pembagian Air Bikin “Ribut” Petani

BUKA PINTU AIR : Petani Cilamaya saat membuka pintu air. Pembagian air musim tanam kali ini membuat petani ribut akibat minim pemberi tahuan.

CILAMAYA WETAN, RAKA – Tidak teraturnya pengaturan golongan air untuk proses tanam, banyak dikeluhkan para petani. Pasalnya hal itu menghambat proses tanam padi.

Dikatakan ketua Gapoktan Saluyu Desa Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan Aef Endang, pengaturan golingan air tidak serapih dulu. Saat ini, petani hilir dan hulu harus berebut air saat melakukan tanam. “Dulu, pas awal masa pengolahan tanah ada rapat di BPP, ketika masih ada BP3K dan BP4K, petani diberi tahu perihal golongan air. Jadi petani bisa tenang,” ucapnya.

Sementara saat ini, golongan air itu tidak dibagi secara merata. Akhirnya petani hulu dan hilir bentrok melakukan tanam. Akibatnya, petani daerah hilir yang merasa kesulitan mendapatkan air, karena dibendung oleh petani di hulu.

Ia berharap, golongan air kembali diatur sesuai dengan kebutuhan. Artinya perlu ketegasan juga dari pihak terkait agar petani bisa mengikuti saran pemerintah. “Kalau memang tegas, petani pun akan nurut. Karena kita gak mungkin melarang petani hulu, yang ada malah ribut antar petani,” ungkapnya.

Hal serupa dirasakan oleh petani Rawagempol Wetan H Udin, tak jarang para petani mengalami kekurangan air setiap kali berproses tanam. Maka tak jarang petani wilayah pesisir berteriak kepada intansi terkait jika sawah mereka kekurangan air.

Dirasakan juga oleh petani Desa Muara Baru, melalui Kadesnya Ato, petani sering mengadu, sudah lama keadaan sawahnya kering, akhirnya petani berhenti melakukan proses tanam.

Padahal, mayoritas Desa Muara Baru merupakan petanin dan nelayan. Diketahui, 50% masyarakatnya sebagai nelayan dan 50% lagi sebagai nelayan. Sementara sawah tak bisa ditanami, masyarakat bingung usaha apa. “Sudah lama gak ada proses tanam, airnya gak nyampe sini. Keduluan petani hulu,” pungkasnya. (rok)

Related Articles

Back to top button