Purwakarta
Trending

Pembinaan Juru Parkir dan Sopir Ambulan

PURWAKARTA, RAKA – Keberadaan juru parkir liar, “pak ogah” yang sering terlihat di perempatan jalan, hingga pengemudi ambulans desa selama ini menjadi fenomena sehari-hari di jalanan Purwakarta.

Walaupun sering dianggap mengganggu, peran mereka tak bisa sepenuhnya dihapuskan karena sesungguhnya mengisi celah yang belum sepenuhnya mampu dijangkau pemerintah.

Melihat kenyataan itu, Pemerintah Kabupaten Purwakarta mulai melakukan langkah pembinaan. Sebanyak 150 orang yang terdiri atas juru parkir, pembantu pengatur lalu lintas, serta pengemudi ambulans desa mengikuti pelatihan keselamatan berlalu lintas. Kegiatan berlangsung selama tiga hari dengan melibatkan tenaga pengajar dari Politeknik Transportasi Darat Indonesia – Sekolah Tinggi Transportasi Darat (PTDI-STTD).

Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein, menilai profesi-profesi tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata. Menurutnya, baik sopir ambulans, juru parkir, maupun pak ogah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keselamatan di jalan.

“Ambulans bukan hanya sekadar bisa dikendarai, tapi juga butuh teknik khusus saat membawa pasien. Kesalahan kecil bisa membahayakan pasien dan pengguna jalan lain. Sama halnya dengan juru parkir maupun pak ogah, mereka harus tahu etika dan tata cara yang benar agar keberadaannya tidak menambah masalah lalu lintas,” ujarnya, Senin (25/8).

Pernyataan ini menunjukkan adanya pergeseran cara pandang bahwa pekerjaan yang selama ini dianggap sepele sesungguhnya menyangkut keselamatan publik.

Dalam pelatihan ini, para peserta terbagi menjadi tiga kelompok yaitu 50 orang juru parkir, 50 pembantu pengatur lalu lintas, dan 50 pengemudi ambulans desa. Mereka mendapat materi teori di ruang kelas serta praktik di lapangan tentang teknik dasar keselamatan, tata kelola parkir, hingga cara mengatur arus kendaraan dengan benar.

Kepala Dinas Perhubungan Purwakarta, Iwan Suroso, menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan upaya memberikan bekal resmi bagi tenaga informal di jalan.

“Selama ini mereka membantu, tetapi tanpa landasan keterampilan yang jelas. Dengan pelatihan, mereka bisa lebih tertib, lebih beretika, dan mampu melaksanakan tugas dengan mengutamakan keselamatan,” jelasnya.

Keberadaan juru parkir liar dan pak ogah kerap menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Ada yang merasa terbantu, tetapi tidak sedikit pula yang menganggap mereka mengganggu bahkan memperparah kemacetan. Karena itu, pemerintah berencana mengarahkan mereka agar masuk dalam sistem resmi.

Langkah ini diharapkan tidak hanya membuat mereka lebih tertib, tetapi juga memberi kontribusi nyata pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor perparkiran.

“Mereka akan dibina, bahkan diberi seragam setelah lulus pelatihan, sehingga lebih mudah diidentifikasi masyarakat. Ke depan, juru parkir liar pun rencananya akan diikutsertakan agar tidak lagi beroperasi secara ilegal,” tambah Iwan.

Meski jumlah peserta baru 150 orang, pemerintah daerah menyebut pelatihan ini sebagai awal dari perubahan. Masih ada ratusan tenaga lain di Purwakarta yang belum tersentuh pembinaan. Namun, langkah kecil ini dianggap penting untuk mengubah pandangan bahwa profesi-profesi nonformal di jalan hanyalah pekerjaan sampingan tanpa standar keselamatan.

Dengan adanya pembekalan resmi, mereka diharapkan dapat bertransformasi menjadi tenaga yang lebih profesional, tertib, dan diakui secara hukum. Sehingga kehadiran mereka tidak lagi dianggap sebagai pengganggu, melainkan bagian dari sistem yang mendukung kelancaran lalu lintas dan keselamatan masyarakat.(yat)

Related Articles

Back to top button