HEADLINE
Trending

Pembugaran Masjid Agung Tak Boleh Gegabah

Jangan Hilangkan Jejak Sejarah

KARAWANG,RAKA– Di tengah hiruk pikuk kota Karawang yang terus tumbuh menjadi kawasan industri modern, berdiri tegak sebuah bangunan megah yang menyimpan cerita panjang tentang penyebaran Islam di tanah Jawa, Masjid Agung Karawang, atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Agung Syekh Quro.

Terletak di Jl. Alun-Alun Barat No. 1, Kelurahan Karawang Kulon, bangunan ini tak hanya menjadi rumah ibadah, tetapi juga saksi bisu dari peristiwa penting dalam sejarah Islam Nusantara.

Baca Juga : Investasi Masuk Rp251 Triliun Serapan Tenaga Kerja Minim

Menurut Obar Subarja, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Karawang, Masjid Agung ini bukan sekadar tempat sujud umat Islam, tetapi juga merupakan peninggalan monumental dari ulama besar, Syekh Hasanuddin atau yang lebih masyhur dengan sebutan Syekh Quro.

“Masjid ini dibangun pertama kali pada tahun 1418 M, bahkan sebelum Masjid Agung Demak berdiri. Inilah yang menjadikan Masjid Agung Karawang sebagai masjid tertua di Pulau Jawa,” jelas Obar saat diwawancarai, Rabu (11/6).

Kisah Masjid Agung Karawang tak bisa dilepaskan dari perjalanan spiritual dan dakwah Syekh Quro. Putra dari Syekh Yusuf Sidik, seorang ulama dari Campa, ini pernah menyebarkan Islam di Cirebon sebelum kembali ke Malaka akibat tekanan dari penguasa Pajajaran.

Tonton Juga : MARIE THOMAS, DOKTER PEREMPUAN PERTAMA DI INDONESIA

Di Malaka, Syekh Quro membina seorang murid istimewa, Nyi Subang Larang, yang kelak akan memainkan peran besar dalam sejarah Pajajaran.

Dikisahkan, keduanya kembali ke Pulau Jawa dan tiba di Pelabuhan Bunut, Karawang. Di sinilah cikal bakal Masjid Agung bermula, dengan dibangunnya sebuah musholla dan pesantren sederhana yang dikenal sebagai Pesantren Quro.

Namun, perjalanan dakwah Syekh Quro tak mulus. Raja Pajajaran saat itu, Prabu Angga Larang, mengutus putranya, Pangeran Pamanah Rasa, untuk menutup pesantren tersebut. Tak disangka, Pangeran justru jatuh cinta pada Nyi Subang Larang, yang dikenal sebagai hafidhah Al-Qur’an dengan suara merdu.

“Pernikahan antara Pamanah Rasa dan Subang Larang menjadi tonggak penting. Syarat pernikahan mereka adalah sang pangeran harus memeluk Islam, dan kelak salah satu keturunannya harus menjadi Raja Pajajaran. Ini bukan hanya pernikahan politik, tetapi juga penyebaran ajaran tauhid di tanah Hindu Pajajaran,” tambah Obar Subarja.

Dari pernikahan agung ini lahirlah tokoh-tokoh besar seperti Raden Walangsungsang (Cakra Buana) dan Nyi Mas Rara Santang, ibu dari Sunan Gunung Jati.

Alur nasab ini menjadikan Masjid Agung Karawang bukan hanya pusat ibadah, tetapi juga titik mula kebangkitan Islam di Tanah Jawa.

Kini, meskipun telah mengalami beberapa kali pemugaran, nilai sejarah Masjid Agung Karawang tetap dijaga dengan hati-hati. Beberapa bagian bangunan seperti mimbar dan tiang utama tetap dipertahankan karena dianggap sebagai warisan langsung dari masa Syekh Quro.

“Pemugaran harus dilakukan secara bijak. Kami tidak ingin menghilangkan jejak sejarah yang ada. Beberapa kayu dan batu lama tetap kami pertahankan karena masyarakat percaya bahwa bangunan ini memiliki nilai spiritual dan historis yang tinggi,” ujar Obar.

Lebih dari sekadar tempat ibadah, Masjid Agung Karawang kini juga menjadi pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan wisata religi.

Filosofi perpaduan antara ibadah ukhrawi dan aktivitas duniawi menjadikan masjid ini sebagai model ideal peran masjid dalam kehidupan masyarakat modern.

Obar Subarja menegaskan bahwa Masjid Agung Karawang seharusnya menjadi kebanggaan bukan hanya masyarakat Karawang, tetapi seluruh umat Islam di Indonesia.

“Kita memiliki warisan sejarah yang luar biasa. Masjid Agung Karawang adalah bukti bahwa peradaban Islam di Nusantara dimulai lebih awal dari yang selama ini kita yakini,” tegasnya.

Dengan sejarah yang begitu kaya, Masjid Agung Karawang diharapkan dapat terus menjadi cahaya penerang, tak hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi generasi muda yang haus akan jati diri sejarah dan spiritualitas. (uty)

Related Articles

Back to top button