TAKZIAH: Pejabat dilingkungan Kemenag Karawang, ulama, santri dan tokoh masyarakat berdatangan ke rumah duka.
RAWAMERTA, RAKA – Kecamatan Rawamerta kembali berduka setelah Pimpinan ponpes ke-3 Nihayatul Amal, KH Bubun Bunyamin meninggal sekitar pukul 17.30, Minggu (30/12). Rencananya, Kiai Bubun akan dimakamkan hari ini pukul 10.00 WIB.
Pimpinan ponpes yang belum lama memimpin Ponpes Nihayatul Amal setelah KH Ahmad Bushaery dan KH Abdul Bashit, KH Bubun Bunyamin ini di duga akibat serangan jantung saat menghadiri acara hajatan. Saat tak sadarkan diri, almarhum sempat di bawa ke Rumah sakit Lira Medika oleh keluarga untuk memastikan meninggal atau belumnya, namun sayang sudah tidak bernafas saat tiba di rumah sakit.
Menurut pantauan Radar Karawang di rumah duka, sejak almarhum dinyatakan meninggal, para pelayat tidak berhenti berdatangan. Mulai dari santri hingga para tokoh agama se-Kabupaten Karawang. Bahkan saat melaksanakan tahlil pun, isak tangis dari para santri dan pelayat terus terdengar.
Menurut Kepala Desa Sukamerta Agus Hasan Bisri, KH Bubun Bunyamin merupakan sosok ulama yang santun dan berkharismatik. Tidak ada bedanya dengan pendahulunya yang selalu mengajak dan mengajar masyarakat untuk selalu berpegang teguh kepada ulama dan agama. “Yang pasti kita sangat kehilangan. Saya pribadi minta doanya untuk semua masyarakat,” ucapnya.
Salah satu pelayat yang juga seorang gusdurian Rohiman mengatakan, sepeninggal ulama seperti KH Bubun Bunyamin, ia merasa kehilangan. Terlebih almarhum merupakan ulama juga sebagai tokoh yang semasa hidupnya di gunakan untuk berkhidmat kepada Nadhlatul Ulama (NU) dan masyarakat. “Beliu juga ulama yang sangat baik dan kharismatik, pasti kita turut sedih kehilanagan ulama seperti beliau,” akunya.
Ia juga mengaku pernah beberapa kali berkesempatan untuk bertemu dan ngobrol langsung. Menurutnya, almarhum sangat santun, ramah dan baik. Tidak membedakan siapa tamu yang datang. “Beliau juga pernah berpesan agar kita harus selalu manut pada ulama dan ikut pada ulama,” katanya.
Sepeninggal beliau, di samping mendoakan beliau, anak muda mesti ikut dan mencontoh akhlak beliau selama masih hidup dengan gigihnya dalam memperjuangkan agama. “Mari kita semua mendoakan bersama, semoga setelah belaiu meninggal, banyak anak muda yang mencontoh akhlaknya,” paparnya.
Iskandar Sulaiman, sekertaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Rengasdengklok mengaku kehilangan atas kepergian ulama asal Ramawerta itu, karena KH. Bubun Bunyamin Busyaeri merupakan kiai yang sering menjadi imam sholat di majelis pesantren Nihayatul Amal. Almarhum sosok yang ramah dan akrab dengan siapa pun termasuk dengan santri-santrinya. Memiliki jiwa sosial yang tinggi, sehingga rajin mendatangi acara undangan dari masyarakat seperti resepsi hajatan, takjiah, bahkan sering mengikuti tahlilan. “Meninggalnya KH Bubun Bunyamin Busyaeri itu menurut kabar yang saya terima saat kondangan, katanya terjatuh pingsan dibawa ke rumah sakit langsung tidak tertolong,” jelasnya.
Menurut Iskandar yang juga kelahiran Rawamerta, dakwah KH Bubun selalu semangat dan memberikan motivasi kepada jamaahnya, dan cara menyampaikan pun dengan bahasa sederhana yang mudah diserap oleh jamaah, dan terkadang suka ada humornya sehingga suasana dakwah menjadi lebih hidup. “Belum lama ini saya mengisi maulid dengan beliau ketika ada acara forum silaturahmi lembaga formal Nihayatul Amal, waktu itu sambutan beliau luar biasa,” katanya.
Iskandar menambahkan saat melaksanakan ibadah haji kemarin, dia bersilaturahmi dengan Abuya Uci Cilongok Banten di Makkah, namun ada kenangan sendiri saat dia memperkenalkan diri kepada Abuya Uci. Kata Iskandar, KH Bubun juga merupakan sosok yang sering bersilaturahmi dengan ulama besar dari Banten. “Ketika (Abuya Uci) mendengar saya dari Karawang, beliau (Abuya Uci) langsung mengatakan kenal tidak dengan Kiai Bubun, jadi orang pertama yang ditanyakan beliau (Abuya Uci) itu adalah Kiyai Bubun),” pungkasnya. (mra/rok)
