Pengelolaan Sampah Dinilai Belum Maksimal
BICARA SAMPAH: Diskusi dampak sampah terhadap kehidupan di Karawang.
KARAWANG, RAKA – Sampai saat ini, pengelolaan sampah di Kabupaten Karawang dinilai belum maksimal. Masih banyak sampah yang berserakan di bukan tempatnya. Direktur Eksekutif Ghazali Centre Lili Ghazali mengatakan, permasalahan sampah yang belum bisa teratasi dengan baik keprihatinan pihaknya. “Sampah memang masalah yang belum teratasi saat ini karena masyarakat kita menganggap sampah itu sesuatu yang menjijikan dan kotor, padahal sampah juga memiliki nilai yang positif. Maka dari itu kami ingin mengubah pola pikir masyarakat, khususnya mahasiswa tidak memandang negatif dari sampah tapi kedepan sampah bisa menjadi nilai yang positif bagi kehidupannya,” ujarnya, di sela-sela kegiatan diskusi tentang dampak negatif dan positif sampah terhadap kehidupan, Minggu (5/9).
Lili menambahkan, kajian ini juga akan dilaksanakan secara simultan dengan menghadirkan narasumber dari stakeholder yang berkaitan dengan penanganan sampah. “Kami telah merumuskan bahwa kajian terkait sampah ini akan kita lakukan beberapa Minggu kedepan. Narasumber yang akan kita hadirkan dari legislatif, eksekutif, swasta, bahkan para akademisi. Dari kegiatan ini kami punya harapan adanya rumusan-rumusan pengelolaan sampah yang tersitematis dan memiliki nilai positif bagi pemerintah dan masyarakat Karawang,” terangnya.
Sementara itu, Hendro Wibowo, pegiat lingkungan mengungkapkan, bahwa permasalahan sampah memang sangat rumit. “Masalah sampah ini memang sangat rumit sekali dan sangat susah untuk diselesaikan karena masyarakatnya acuh, pemerintahnya tidak memperhatikan serta komunitasnya tidak peduli. Tiga komponen ini yang memang menjadi faktor bisa teratasi atau tidaknya persoalan sampah. Jadi menurut saya persoalan sampah harus dimulai kesadaran dari diri sendiri. Tentunya kedepan kalau sudah mengetahui manfaat positif sampah sebagai nilai ekonomis masyarakat akan sadar”, ungkapnya
Hendro menceritakan, bahwa dirinya dulu sangat kesulitan untuk mengajak masyarakat mengelola sampah. “Dulu waktu awal 2014 saya diminta untuk bagaimana persoalan sampah ini bisa teratasi, sangat sulit memang karena masyarakat kita sangat memandang sampah itu bau dan penyakit. Namun setelah melakukan pendekatan kepada RT dan RW serta melakukan edukasi kepada masyarakat dalam waktu 5 bulan penumpukan sampah di desa Sukaluyu bisa bersih. Dan dalam jangka waktu 1,5 tahun bisa membuahkan hasil ekonomis. Sekarang saya bisa memperkerjakan 20 orang pemulung untuk mengumpulkan sampah mereka di gaji oleh saya 2,5 juta per bulan untuk satu orang,” paparnya.
Hendro pun menjelaskan, bahwa baik sampah organik maupun anorganik memiliki nilai ekonomis. “Sampah organik seperti bekas sayuran, buah-buahan bisa menjadi pupuk organik yang bisa dijual kepada para pekebun atau petani bahkan bisa buat kita sendiri kalau kita punya kebun. Sedangkan untuk sampah anorganik seperti botol air mineral itu bisa memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti tutupnya kalau dikumpulin per kilogram nya 3.500 rupiah sedangkan kalau udah di cacah bisa untuk dibuat papan dan harganya mencapai 400 ribu. dibuat untuk lukisan bisa mencapai 2 juta. Jadi sebenarnya sampah itu bisa dimanfaatkan oleh kita menjadi nilai ekonomis”, jelasnya.
Di waktu yang sama, Muhammad Hidayat, presiden mahasiswa STIE Budi Pertiwi mengatakan, bahwa diskusi yang diadakan Ghazali Centre sangat bermanfaat bagi dirinya. “Tentunya diskusi mengenai persolan sampah ini sangat bermanfaat bagi kita generasi muda ternyata sampah tidak menyeramkan seperti yang dibayangkan bahkan bisa menjadi nilai ekonomis. Tentunya kedepan saya sangat tertarik untuk mulai mengelola sampah dan saya akan mencoba melakukan edukasi kepada masyarakat terkait manfaat sampah,” ungkapnya. (cr8)