HEADLINE
Trending

Pengemis Asal Borontok Menolak Bantuan Dinsos

Berulang Kali Terjaring Razia

KARAWANG, RAKA – Dinas Sosial Karawang mendapatkan seorang pengemis Iyah (40), beserta dua anaknya di wilayah Rengasdengklok, beberapa waktu lalu.

Namun Iyah warga Dusun Borontok, Desa Kutawaluya, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang, membantah tudingan bahwa dirinya memaksa keenam anaknya mengemis di jalanan.

Baca Juga : IM Selundupkan Narkoba Dalam Gulai Ayam

Ia mengaku, anak-anaknya justru ingin selalu ikut dengannya karena tidak ingin berjauhan.

“Demi Allah, emak nggak pernah maksa. Anak-anak sendiri yang pengin ikut, terutama yang paling kecil. Mereka nggak mau ditinggal,” kata Iyah saat ditemui di Rumah Singgah Dinas Sosial (Dinsos) Karawang, Jumat (27/6).

Salah satu hal yang sempat viral adalah kondisi anak bungsunya yang terlihat tidak mengenakan pakaian saat berada di jalan.

Iyah menjelaskan, anaknya memang sering membuka pakaiannya sendiri karena merasa tidak nyaman, terutama setelah mandi.

Tonton Juga : KI NARTOSABDO, SANG PEMBAHARU

“Kalau pakai celana, anak saya suka nggak betah, suka dibuka-buka lagi. Bukan sengaja nggak dikasih baju. Pas ditangkap razia itu juga habis mandi, pengin tidur, nggak mau pakai celana,” ungkapnya.

Iyah mengakui, dirinya dan keluarga hidup dalam keterbatasan. Suaminya, Dating, hanya bekerja serabutan dengan penghasilan tak menentu. Sedangkan dirinya mencari nafkah dengan memulung gelas plastik bekas.

“Kalau ada yang ngasih uang di jalan, ya alhamdulillah. Tapi emak nggak minta-minta. Cuma mulung. Suami kadang kerja jadi kuli tandur, sehari paling dapat Rp30 ribu. Kami kadang juga ngangkut rongsokan ke Telagasari naik motor,” tuturnya.

Iyah mengungkapkan, dirinya pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu).

Namun, PKH dihentikan karena anak-anaknya tidak lagi bersekolah. Rutilahu pun sempat ia rasakan saat rumahnya terbakar beberapa tahun silam.

Saat ini, keenam anaknya tidak satu pun bersekolah. Dua di antaranya sempat mengecap pendidikan dasar, namun putus di tengah jalan karena alasan ekonomi.

“Yang paling gede sempat sekolah di madrasah, tapi sekarang nggak mau sekolah lagi karena katanya suka diledekin. Sekarang dia bantu-bantu kerja jadi kuli tenda,” kata Iyah.

Dini (17), salah satu anak Iyah, juga menolak jika harus kembali bersekolah. Kepada petugas Dinsos, ia mengaku sudah menikah dua bulan lalu dan ingin fokus menjalani kehidupan rumah tangga.

“Enggak mau sekolah lagi, malu, udah gede. Saya udah punya suami, dia kerja ikut bikin lemari,” ucap DN singkat.

Dinas Sosial Kabupaten Karawang tidak tinggal diam. Usai menjaring Iyah dan dua anaknya saat mengemis, mereka menegaskan tidak ingin kasus ini terus berulang. Rencana rehabilitasi pun disiapkan untuk ibu dan anak-anaknya.

“Kami tidak ingin langsung memulangkan mereka karena sudah sering kejadian seperti ini berulang. Kita ingin ada penyelesaian jangka panjang yang bermanfaat,” ujar Asep Riyadi, Pekerja Sosial Ahli Pertama Dinsos Karawang.

Menurut Asep, keenam anak tersebut rencananya akan disekolahkan secara gratis, termasuk mengikuti program pendidikan non-formal (paket C) untuk yang usia remaja dan dewasa. Sementara anak balita akan dipindahkan ke yayasan pengasuhan anak.

“Yang kecil akan ditempatkan di yayasan agar terurus. Yang besar-besar akan kita sekolahkan paket C di Bogor atau Subang. Untuk ibunya, kami arahkan ikut pelatihan keterampilan dan pembinaan kewirausahaan di Lembang,” jelasnya.

Namun, rencana ini mendapat penolakan dari Iyah. Ia khawatir jika anak-anaknya ditempatkan di tempat yang jauh darinya.

“Emak keberatan kalau dipisah. Sekolahin anak-anak di borontok aja, jangan jauh-jauh. Emak suka kepikiran,” ujar Iyah penuh harap. (uty)

Related Articles

Back to top button