
SALAT GERHANA: Warga Adiarsa Barat salat berjamaah di Musola Al Amin.
Mitos Ibu Hamil ‘Samagaha’ Masih Dipercaya
KARAWANG, RAKA- Fenomena gerhana bulan, Rabu (26/5) malam, disambut beragam masyarakat. Ada yang hanya melihatnya langsung di luar rumah, ada juga yang berkumpul di masjid untuk melaksanakan salat sunat gerhana bulan sambil mengumandangkan takbir. Namun, masih ada juga yang percaya akan mitos saat terjadi gerhana bulan.
Tokoh agama Kampung Cariu Bandung, Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru Ukar, mengajak jamaah di Masjid Al Fadilah untuk melaksanakan salat gerhana bulan. Hal itu dilakukan sesuai dengan tuntunan umat Islam. Ketika terjadi gerhana, dianjurkan untuk melaksanakan salat gerhana dan memperbanyak dzikir. “Sesuai anjuran dalam ajaran Islam, setelah salat Magrib kami laksanakan salat gerhana dan mengumandangkan takbir,” katanya.
Salah seorang warga Wancimekar Nanang Rosidin (37) mengatakan, yang diketahuinya tentang gerhana bulan yaitu tertutupnya bulan oleh matahari. Cahaya bulan yang seharusnya bersinar terang tidak muncul karena terhalang oleh matahari. Untuk itu, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan salat dan memperbanyak dzikir agar peristiwa terjadinya gerhana segera berlangsung dan bulan kembali bersinar. “Kalau kata orang tua dulu itu sedang adanya perang bulan dan matahari. Kita salat dan dzikir agar membantu bulan sehingga tidak kalah oleh matahari. Karena kalau kalah nanti takutnya gelap tidak ada cahaya bulan lagi,” paparnya.
Dikatakan Nanang, selain melaksanakan salat gerhana bulan, tadi siang juga terjadi gerhana matahari dan juga melaksanakan salat. “Kalau zaman dahulu ada gerhana itu anak kecil tidak boleh keluar. Bahkan katanya ada juga yang ngumpet di bawah meja kalau dulu mah,” ucapnya.
Warga lainnya, Nia Sumiati (25) mengatakan, sudah melaksanakan salat gerhana karena saat ini dirinya sedang hamil. Yang diketahuinya, seorang ibu yang tengah mengandung diharuskan untuk melaksanakan salat ketika ada gerhana. “Karena kata orang tua kalau lagi hamil harus salat gerhana. Kalau tidak nanti anaknya kena gerhana atau istilahnya samagaha,” ujarny.
Sementara Arta (44) mengatakan, fenomena gerhana bulan ini terjadi karena keagungan Allah SWT. Sebagai umat Islam, dianjurkan untuk melaksanakan salat gerhana bahkan melaksanakan khutbah. “Karena dulu Rasulullah melaksanakan salat gerhana ketika ada gerhana,” paparnya.
Fenomena gerhana bulan ini juga disaksikan warga Desa Sukasari, Kecamatan Purwasari H Asep. Menurutnya, dia mulai melihat gerhana dari pukul 17.00 WIB. Dia tidak ingin melewatkan fenomena alam ini. “
Tadi mulai gerhana sekitar jam 5 sore,” ucapnya.
Di tempat lain, warga Adiarsa Pusaka, Kelurahan Adiarsa Barat, Kecamatan Karawang Barat, berdatangan ke Musala Al Amin Wirasaba. Usai selesai salat Magrib, mereka melanjutkan salat gerhana bulan. “Kami melaksanakan salat gerhana bulan di Musala Al Amin Wirasaba,” singkat salah seorang warga Madraya. (nce/rok/asy)