
KARAWANG, RAKA- Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), menggelar acara dengan tema sosialisasi Senam Ibing Gending Murangkalih Parahyangan (Sigempar) berbasis budaya sunda bagi guru pendidikan jasmani sekolah dasar.
Ketua kegiatan Dr. Ega Trisna Rahayu, mengatakan bahwa senam Sigempar dirancang berdasarkan hasil dari Research and Depelovment (R&D) antara dosen dan mahasiswa Prodi S2 Penjas FKIP Unsika. “Karenanya secara teoretis, alur rancangan senam Sigempar sudah sesuai dengan kaidah keilmuan, sehingga originalitasnya insya allah dapat dipertanggungjawabkan secara akademik,” terangnya, Selasa (27/8).
Salah satu alumni Prodi S2 Penjas FKIP Unsika yang dibimbing oleh Dr. Ega, Raka menjelaskan, bahwa latar belakang terciptanya senam ini adalah teridentifikasi dari implementasi senam irama di Indonesia dalam rangka meningkatkan kemampuan motorik kasar dan pengenalan budaya bagi anak usia dini yang saat ini masih minim. “Belum ada senam berbasis pengenalan budaya yang diciptakan khusus untuk anak usia dini khususnya di Jawa Barat sehingga untuk mengisi kekosongan tersebut dirancang sebuah senam yang bernama Senam Ibing Gending Murangkalih Parahyangan atau disingkat senam Sigempar,”tuturnya.
Menurutnya, senam itu merupakan senam ibing bagi anak usia dini tingkat akhir dan SD tingkat awal yang dibuat mencakup gerakan pemanasan, inti dan, pendinginan yang diiringi lagu tradisional. “Cing Cangkeling, oray-orayan, tokecang, manuk dadali, dan pileuleuyan yang bertujuan untuk mengenalkan dan melestarikan budaya Sunda di Jawa Barat,” ujarnya.
Dikatannya, bahwa rangkaian gerakan senam dipadukan dengan gerakan ibing pencak khas Jawa Barat yang diiringi dengan menggunakan alat musik gamelan. “Sehingga senam Sigempar selain dari pada bertujuan untuk meningkatkan motorik kasar anak, juga diharapkan dapat dilihat sebagai upaya memperkenalkan dan melestarikan budaya Jawa Barat,” katanya.
Dalam implementasinya, Ega yang merupakan salah satu Dosen dari Prodi S2 Penjas Unsika berkolaborasi dengan Rina sebagai salah satu dosen pada Prodi S1 Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) menjelaskan, bahwa senam Sigempar dirancang untuk mengembangkan keterampilan motorik anak sekaligus memberikan pemahaman awal mengenai budaya lokal (Sunda) di Jawa Barat melalui gerakan-gerakan yang terinspirasi oleh warisan budaya Parahyangan. Anak PAUD tingkat akhir dan SD tingkat awal tidak hanya mendapatkan manfaat fisik, tetapi juga dibekali pengetahuan dan apresiasi terhadap budaya Sunda. “Dalam senam ini, gerakan-gerakan ibing pencak silat khas Jawa Barat dipadukan dengan irama gamelan sunda yang menciptakan perpaduan antara olahraga dan pelestarian budaya. Sehingga dalam kebermanfaatannya senam Sigempar tidak hanya mengembangkan aspek fisik, tetapi juga mengasah kemampuan koordinasi gerak serta kecerdasan kinestetik anak-anak, yang sangat penting dalam perkembangan motorik anak,”terangnya.
Ketua Kwartir Ranting Klari Sarma, S.Pd menjelaskan, bahwa perkemahan ini melibatkan ratusan peserta baik guru maupun siswa dari berbagai sekolah dasar dan menengah di Kecamatan Klari, Ciampel, Purwasari, dan Cikampek. Pada sesi senam pagi, atmosfer perkemahan yang menyenangkan menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menggugah minat anak-anak untuk lebih mengenal budaya sunda melalui gerakan senam Sigempar. “Terciptanya program senam Sigempar tidak hanya mendukung kesehatan dan perkembangan fisik anak, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian budaya lokal sebagai bentuk dukungan akademisi di bidang pendidikan jasmani di Indonesia yang diakui sebagai negara adidaya budaya oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO),”tuturnya. (zal)