
PURWAKARTA, RAKA – Sate maranggi sejak lama menjadi ikon kuliner Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Hidangan berbahan dasar daging sapi atau kambing ini terkenal karena bumbunya yang meresap dan cara penyajiannya yang khas.
Dibakar di atas bara api, sate maranggi biasanya disajikan bersama sambal kecap. Pilihan pendampingnya pun beragam, mulai dari nasi timbel hingga ketan bakar, membuat hidangan ini semakin digemari banyak orang.
Salah satu tempat yang paling populer untuk menikmati sate maranggi berada di kolong jembatan Tol Cipularang KM 99, tepatnya di Desa Sawit, Kecamatan Darangdan. Lokasinya yang strategis membuat warung ini tak pernah sepi dari pengunjung.
Warung tersebut dikenal dengan nama “Sate Maranggi Kolong”. Terletak di jalur penghubung Purwakarta–Bandung, tempat ini kerap dijadikan persinggahan oleh pelancong maupun pengendara yang sedang beristirahat dalam perjalanan.
Abdul Kohar (49), pemilik Sate Maranggi Kolong, menuturkan bahwa kebutuhan daging di warungnya cukup tinggi. “Kalau hari biasa bisa habis sekitar 50 kilogram daging sapi, tapi kalau akhir pekan atau musim liburan bisa sampai 100 kilogram,” jelasnya, Minggu (7/9).
Menurut Kohar, jumlah tusuk sate yang terjual juga meningkat drastis saat liburan. “Hari biasa bisa terjual 5 ribu tusuk, sementara di hari libur bisa mencapai 15 sampai 20 ribu tusuk,” tambahnya.
Nama Sate Maranggi Kolong sendiri berasal dari lokasi berjualannya yang berada di bawah jembatan tol. Kohar menceritakan bahwa Sate Kolong mulai buka sekitar tahun 2006, setahun setelah Tol Cipularang diresmikan.
Ia mengaku, usaha ini merupakan warisan keluarga. “Saya mulai ikut mengelola sejak 2013, meneruskan usaha turun-temurun. Alhamdulillah sampai sekarang masih bertahan,” kata Kohar.
Harga yang ditawarkan pun cukup ramah di kantong. Satu porsi berisi 10 tusuk sate dibanderol Rp25 ribu, sementara bila membeli per tusuk, harganya Rp2.500. “Kalau tambah nasi timbel, cukup bayar Rp3 ribu saja,” ujarnya.
Seorang pelanggan asal Karawang, Saepurohman (45), mengaku kerap singgah ke Sate Maranggi Kolong. “Kalau perjalanan dari Karawang ke Bandung, biasanya saya sempatkan makan siang di sini. Rasanya lebih gurih dibanding sate maranggi di tempat lain,” ungkapnya.
Menurutnya, selain cita rasa yang khas, harga yang terjangkau juga menjadi alasan ia sering kembali. “Bumbu kecapnya enak, dagingnya empuk, dan harganya pas di kantong,” ujarnya.
Hal serupa juga dirasakan Yuli (32), pengunjung asal Jakarta. Ia mengaku mengetahui tempat ini dari media sosial. “Awalnya penasaran, tapi ternyata enak banget. Dagingnya empuk, bumbunya meresap. Kalau lewat jalur ini, rasanya wajib mampir,” katanya. (yat)