Penjualan Baju Adat Sunda Anjlok
RENGASDENGKLOK, RAKA – Sempat ramai beberapa waktu lalu, kini atribut budaya Sunda mulai kembali ditinggalkan. Imbasnya kepada para pejualan pakaian baju adat Sunda.
Dayat (52) warga Amansari Rengasdengklok, pedagang atribut budaya Sunda menyampaikan, saat ini peminat pakaian maupun iket khas Sunda menurun drastis, apalagi di bulan puasa. Sejak bulan Januari 2019, penghasilannya menurun sampai 75 persen. “Jadi bulan sekarang parah banget, soalna pakaian ini beda sama pakaian zaman sekarang,” jelasnya kepada Radar Karawang, Jumat (24/5).
Ia melanjutkan, dirinya sudah 10 tahun berdagang atribut budaya Sunda, biasanya atribut budaya ini ramai saat ada acara hajat bumi atau ulang tahun daerah. Dan saat ini banyak pengunjung yang datang dari Bekasi dibanding dari Karawang. Bahkan belum lama ini, ada pembeli dari luar Pulau Jawa, karena kemungkinan mereka asli Sunda dan ingin mempertahankan budaya Sunda dengan cara mengoleksi atau memakai atribut budaya Sunda. “Kemarin ini ada yang beli dari Kalimantan, Sulawesi, Papua,” katanya.
Dayat menerangkan, walapun peminat atribut budaya Sunda semakin menurun, dirinya tetap besikeras untuk bertahan menjual atribut budaya Sunda seperti gelang kayu, iket, kampring dan sebagianya. Karena bagi Dayat, mengangkat budaya Sunda walaupun ditunjukan dengan cara berpakaian adalah suatu keharusan. Dia mengaku saat ini kebanyakan anak muda sudah terpengaruh budaya luar, sehingga banyak siswa tawuran bahkan harus memakan korban.
“Budaya Sunda tidak mengajarkan tawuran, makanya kalau sudah meninggalkan budaya, tidak aneh para pejabat sering berantem, bahkan sampai adu jotos,” pungkasnya. (cr4)