Penyandang Disabilitas Dilatih Menjahit Batik
KARAWANG, RAKA- Kreasi Tuli Indonesia Kabupaten Karawang memberikan pelatihan menjahit kepada 12 orang disabilitas tunarungu dan 3 disabilitas tunadaksa.
Founder Kreasi Tuli Indonesia, Inaraya mengatakan pelatihan telah berlangsung sejak tanggal 7 dan akan berakhir di tanggal 12 Oktober.
“Dari tanggal 7 sampai 12 Oktober ada kegiatan latihan menjahit kain batik untuk disabilitas sebagai langkah awal mandiri. Hari ini ada 20 peserta dari 2 mentor, Juru Bahasa Isyarat, 15 peserta, pendamping. Kita juga mengajak masyarakat di lingkungan sekitar Sebagian besar disabilitas tunarungu ada 12 orang tapi ada juga yang tunadaksa 3 orang,” ujarnya Rabu (9/10).
Bagi disabilitas tuna daksa sebelum melakukan pelatihan, mereka diberikan simulasi untuk mencoba menggunakan alat terlebih dahulu. Ketika tidak mampu menggunakannya maka akan diberikan pelatihan yang berbeda. Pemberian pelatihan akan menyesuaikan dengan kondisi fisik.
“Tuna daksamya yang tidak punya tangan, kaki. Jadi mereka mencoba memegang alatnya dulu, kalau kesulitan akan diganti jenis pelatihannya. Kami menyesuaikan dari fisiknya,” jelasnya.
Pemberian pelatihan ini dinilai sulit, disebabkan adanya rumus angka dalam teknik menjahit. Meski begitu pihaknya telah mempersiapkan rumus yang sederhana. Seluruh peserta diwajibkan telah mampu menghasilkan baju ketika pelatihan selesai.
“Pasti sulit tapi tidak ada yang tidak bisa ketika kita tekun memberikan pelatihan. Menjahit ini agak rumit tapi ada metode yang mudah jadi mereka dalam waktu 6 hari sudah harus bisa membuat baju,” terangnya.
Inaraya menginginkan agar teman disabilitas dapat menerima pesanan jahit dan vermak. Model baju yang dibuat akan disesuaikan dengan keinginan kelompok masing-masing.
“Hasilnya yang sekarang outputnya minimal mereka bisa menerima jahitan dan vermak. Teknik yang kita berikan masih sederhana jadi untuk di pasarkan harus ada pelatihan lagi. Ada simulasi dulu sebelum memulai. Modelnya ditentukan dari mereka, ada 10 kelompok dari satu kelompok ada 2 orang,” lanjutnya.
Praktek tersebut mendapatkan dukungan dari perusahaan BUMN. Ia berharap agar ke depan ada lebih banyak perusahaan BUMN lainnya yang dapat bergabung memberikan bantuan.
“Kita didukung oleh PT. Sarana Multi Infrastruktur, harapannya banyak BUMN lain yang membantu disabilitas karena lebih meringankan supaya mereka bisa mandiri dan setara. Lebih sulit menjahit karena ada rumus saat mengukur badannya,” tambahnya.
Motif batik yang digunakan untuk kegiatan berasal dari Karawang dan daerah lainnya, namun untuk pelatih membatik yang akan dilakukan pada akhir Oktober akan menggunakan motif batik khas Karawang. Motif yang khusus dari Karawang ada 20 vakem awal, namun telah berkembang menjadi ratusan.
“Batik Karawang tetapi daerah lain juga tapi untuk membatik akan fokus di batik Karawang. Kalau vakem batik Karawang tidak lebih dari 20, tapi sekarang sudah banyak dikembangkan. Ada ciri khas seperti motif Ayam Ciparage, Parisagedeng, kami ada ciri khas dari motif dan warna yang lebih cerah,” ungkapnya.
Motif batik Ayam Ciparage dan Parisagedeng telah berhasil menembus pasar internasional. Meski tidak sulit ketika memperkenalkan motif tersebut, namun ketika ingin menggunakan batik dari Kreasi Tuli Indonesia harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Mereka memiliki ciri khas warna yang cerah.
“Kita pernah bawa ke Kirsjistan yang membawa motif batik Ayam Ciparage dan Parisagedeng. Tidak terlalu sulit memperkenalkannya tetapi warnanya yang cerah jadi yang menggunakannya harus lebih percaya diri,” lanjutnya.
Ia menjelaskan untuk motif Parisagedeng diambil dari kekayaan lokal yang terdapat di Karawang, kemudian untuk Ayam Ciparage tercipta ketika adanya Festival Ciparage. Selanjutnya untuk motif Candi Jiwa berasal dari sejarah.
“Motif batik Parisagedeng diambil dari kekayaan lokal di Karawang dan dituangkan ke dalam batik. Ayam Ciparage tercetus dari Festival Ciparage, ayam itu kesayangan dari Adipati Singaperbangsa tapi sekarang ayamnya sudah punah. Motif Candi Jiwa itu karena sejarah Candi Jiwa. Untuk yang Ayam Ciparage dan Candi Jiwa itu di akhir tahun 2020 tapi untuk Parisagedeng di tahun 2018. Kita ada motif Gunung Sanggabuana tapi masih di canting dan belum release,” imbuhnya.
Agustin, Juru Bahasa Indonesia menilai pelatihan yang diadakan menjadi bekal positif bagi penyandang disabilitas dalam mengembangkan kemampuan dan ilmu. Hingga sekarang masih banyak penyandang disabilitas tunarungu yang sulit memperoleh pekerjaan.
“Kalau menurut saya selama ini sangat membantu untuk teman-teman disabilitas khususnya tunarungu. Mereka kesulitan untuk bekerja, adanya kreasi tuli Indonesia ini mereka jadi punya ilmu dan kemampuan baru untuk bisa mandiri,” tutupnya.(nad)