Purwakarta
Trending

Perajin Keramik Tertekan Efek Tarif Impor AS 32 Persen

PURWAKARTA, RAKA – Tekanan berat dirasakan oleh para perajin keramik di Plered Purwakarta. Pasalnya, ekspor keramik mereka harus tersendat menyusul kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang menetapkan tarif impor sebesar 32 persen terhadap produk asal Indonesia. Dengan kondisi yang terjadi, para perajin berpotensi mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Salah satu eksportir, Jajang Junaedi (55) dari CV Gunung Cupu Karya Mandiri Abadi, menyebut bahwa tarif impor 32 persen dari AS sangat memberatkan.

“Kami biasanya kirim satu kontainer 40 item per bulan ke Los Angeles (Amerika). Sekarang sudah tertunda tiga bulan. Per kontainer itu nilai ekspornya sekitar 200 juta, jadi kami sudah rugi sekitar 600 juta,” ucap Jajang, Kamis (10/7).

Menurutnya, beban pajak yang begitu tinggi tidak masuk akal. Sebab, harga barang malah lebih murah dibanding pajaknya.

“Ini tidak mungkin kami tanggung, dan kalau dipaksakan menurunkan harga, itu akan sangat merugikan,” katanya.

Jajang juga menyebut bahwa bahan baku seperti cat yang digunakan sebagian diimpor, sehingga biaya produksi tidak bisa ditekan terlalu rendah.

Meskipun ekspor ke Amerika saat ini terhenti, para perajin keramik Plered tidak sepenuhnya bergantung pada pasar ekspor.

Pasar lokal, terutama Bali dan beberapa wilayah lain di Indonesia, tetap menjadi tujuan utama pengiriman produk keramik, khususnya untuk jenis keramik tradisional dan interior.

Namun, ekspor tetap menjadi andalan bagi beberapa pelaku usaha. Untuk itu, para eksportir berharap adanya diplomasi perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat guna meredakan tekanan tarif ini.

“Kalau tidak ada perubahan signifikan, kami akan coba alihkan ekspor ke negara-negara Asia seperti Korea. Tapi volumenya tentu lebih kecil dibanding Amerika,” kata Jajang.

Ia juga menyebut ketimpangan daya saing dengan negara lain seperti Tiongkok dan Thailand yang sudah menggunakan sistem pabrikasi dan teknologi tinggi, sementara keramik Plered masih dikerjakan secara handmade.

“Kalau ingin bersaing, kami butuh dukungan nyata dari pemerintah, baik dari sisi subsidi maupun penguatan teknologi produksi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala UPTD Litbang Keramik Plered, Mumun Maemunah megatakan, saat ini terdapat lima kontainer keramik yang seharusnya sudah dikirim ke Amerika namun masih tertahan.

Produk tersebut sudah layak ekspor, namun karena aturan baru dari Amerika, terutama soal pajak impor, pihak pembeli menunda pembayaran dan pengiriman.

Situasi ini, kata Mumun, membuat eksportir aktif di Plered belum bisa melanjutkan kegiatan ekspornya.
“Mereka masih menunggu kejelasan kebijakan dari pihak pembeli di Amerika, karena jika beban pajak ditanggung importir, maka akan berpengaruh ke harga jual dan harus dihitung ulang,” ucapnya. (yat)

Related Articles

Back to top button