Perajin Topi Beralih Produksi Masker
PRODUKSI MASKER : Perajin topi Desa Wancimekar saat memproduksi masker.
KOTABARU, RAKA – Perajin topi di Desa Wancimekar beralih membuat masker. Pasalnya, saat ini marak wabah virus corona, apalagi pemerintah mengajurkan setiap orang harus menggunakan masker.
Salah satu perajin di Desa Wancimakar, Darsono mengatakan, sudah satu tahun ini, pendapatan hasil produksi topi menurun sangat anjok. Apalagi, pada saat ramai wabah virus corona. “Sebenarnya, sebelum ada corona juga, produksi topi sudah sepi, apalagi adanya corona lebih parah lagi,” ujarnya, kepada Radar Karawang, Senin (13/4).
Ia mengaku, jika produksi topi ramai, pendapatan bersih per minggu bisa mencapai Rp1 sampai Rp3 juta rupiah. Namun, karena sepi dan ada wabah corona, pendapatanpun turun secara drastis. Hanya bisa memberikan nafkah dan istri seadanya, bahkan tidak mempekerjakan orang untuk memproduksi topi. “Dikerjakan sendiri membuat topinya. Paling juga, seminggu dapat Rp300 sampai Rp400 ribu untuk menyambung hidup,” akunya.
Menurutnya, karena sedang ramai virus corona, bahkan pemerintah sudah menganjurkan untuk setiap orang harus menggunakan masker. Maka, dia beralih memproduksi masker, sehingga pendapatan bisa stabil dan bisa mempekerjakan pegawai kembali. “Ada hikmahnya juga dengan adanya corona, usaha menjadi lancar kembali,” ungkapnya.
Bahkan, masih dikatakan lelaki yang mempunyai tiga anak ini mengaku, pendapatan bersih per minggu bisa mencapai Rp2 sampai Rp4 juta rupiah, karena banyak orang yang pesan. “Dua minggu ke belakang, penghasilan masker naik secara drastis, karena banyak order dari mana-mana,” tuturnya.
Namun, untuk sekarang sudah menurun, karena bayak perajin yang beralih membuat masker. Meski demikian, produksi masker tetap berjalan, karena masih ada order pesanan. “Walaupun menurun, dibandingkan produksi topi lebih baik membuat masker. Karena masih ada order pesenan, walaupun tidak banyak juga,” katanya.
Wahyudin mengaku, adanya wabah virus corona, bisa meningkatkan penghasilan. Sebab, sekarang ini sedang ramai virus corona. “Saya memanfaatkan kondisi aja, semenjak ada corona, langsung beralih membuat masker, dulunya menjahit topi,” akunya.
Masih dikatakannya, penghasilan meningkat bisa sampai 50 persen lebih, jika banyak order pesanan dibanding memproduksi topi. “Dulu mah cuma dapat Rp500 ribu per minggunya. Sekarang, bisa mendapatkan Rp2 juta, bahkan bisa sampai Rp4 juta per bulannya. Tapi sekarang sudah menurun lagi, semanjak banyak yang produksi masker,” pungkasnya. (acu)