Mengajar ABK Memerlukan Teknik Khusus

KARAWANG, RAKA – Ekstra kurikuler (Ekskul) kemandirian di Sekolah Luar Biasa (SLB) C Tuna Harapan mengajarkan siswa tuna grahita untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak semudah mengajar siswa biasa, guru memerlukan teknik khusus.
Pembina ekskul di SLB C Tuna Harapan Fahri Khamil, memberikan materi dan pembinaan ekstrakulikuler bagi siswa berkebutuhan khusus memerlukan teknik khusus, karena siswa berkebutuhan khusus tuna grahita harus dilihat terlebih dahulu minat dan potensi yang dimiliki. Ia mencontohkan, saat siswa memiliki potensi di bidang motorik kasar dapat diarahkan dalam bidang olahraga. “Mengajar di SLB itu lebih kompleks sih terlebih untuk anak-anak tuna grahita sampai sekarang pembinaan dalam ekstrakulikuler kita melihat dari minat dan potensi mereka,” ujarnya, Selasa (1/11).
Di sekolahnya, lanjut Fahri, terdapat ekstrakulikuler kemandirian. Ekskul ini sangat penting bagi seluruh siswa tuna grahita karena siswa tuna grahita belum dapat melakukan segala sesuatu dengan mandiri. Ekskul ini memberikan materi tentang tata cara buang air besar dan kecil, bagi siswa wanita yang telah mengalami pubertas pun diberikan materi tentang menstruasi. “Di kami ada ekskul kemandirian, ini sangat penting bagi mereka karena belajar melakukan aktivitas keseharian secara mandiri. Contoh memakai pakaian, untuk perempuan yang sudah dewasa saat haid diberikan tata cara penanganan khusus,” tambahnya.
Ia memaparkan, materi dalam ekskul itu pun harus dapat diterapkan saat di rumah. Peran orang tua juga mempengaruhi kemandirian dari siswa kebutuhan khusus tersebut. “Orang tua juga harus ikut terlibat dalam mengajarkan kemandirian bagi mereka, kalau di sekolah sudah diberikan materi tetapi di rumah tidak diterapkan maka mereka tetap tidak akan pernah bisa ada perkembangan,” tutupnya. (nad)