HEADLINEKARAWANG

Pertarungan Cellica dan Jimmy

KARAWANG, RAKA- Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Karawang 2020 akan menjadi medan laga pertarungan Cellica Nurrachadiana dengan Ahmad Zamakhsyari. Meski sejumlah nama lain bermunculan, diprediksi tidak akan menggungguli elektabilitas figur yang saat ini menjadi bupati dan wakil bupati tersebut.

Nama Cellica Nurrachadiana dan Ahmad Zamakhsyari menjadi dua nama yang paling banyak diperbincangkan di tengah masyarakat. Hal ini terlihat dari hasil jajak pendapat yang dilakukan Radar Karawang periode 23-28 Juli 2020. Nama Cellica menjadi nama yang paling banyak dipilih responden karena dinilai masih layak memimpin Karawang kedepan dengan perolehan suara 26%, disusul Ahmad Zamakhsyari 20%, Gina Fadlia Swara 16%, H Aep Syaepulloh 14 persen dan Yessi Karya Lianti 10%.

Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), Dr. Mayasari mengatakan, pecah kongsi petahana sebetulnya hal yang biasa terjadi dalam politik. Dikatakannya, hasil riset awal sebuah lembaga pegiat pemilu yang dilakukan pada Oktober-Desember tahun 2019 menemukan potensi pecah kongsi petahana di Pilkada 2020. Dari 270 daerah yang melaksanakan pilkada, 216 daerah petahananya tidak lagi berpasangan. Dengan kata lain hanya 20% atau 54 daerah dinana sang incumbent kembali mencalonkan diri dalam satu pasangan.

Pecah kongsi petahana, lanjutnya, besar kecil gesekan di masyarakat mungkin akan terjadi. Hal ini karena bupati dan wakil bupati yang akan mencalonkan diri kembali di pilkada nanti memiliki massa pendukungnya masing-masing. “Namun diharapkan para pendukung sama-sama dewasa untuk lebih mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi,” ucapnya.

Maya mengatakan, meski menjadi pesaing dalam Pilkada 2020, kedua petahana semestinya bisa tetap menjaga keharmonisan sampai tugas berakhir. Jangan sampai ada kesan di masyarakat saat ini Pemda Karawang memiliki dualisme kepemimpinan. “Jangan sampai ada matahari kembar demi menunjukkan kekuatan di hadapan calon pemilih,” tambahnya.

Maya menambahkan, politik uang kerap muncul dalam setiap pesta demmokrasi, tapi menurutnya saat masyarakat sudah cukup cerdas. Sudah semestinya masyarakat jangan lagi mau dibodohi oleh pelaku politik uang. Lebih dari itu perkembangan teknologi dengan adanya media sosial mendorong masyarakat untuk bisa lebih berpartisipasi aktif mengawasi jalannya pilkada. Dengan sosial media di genggaman, siapa pun yang melakukan kecurangan bisa dipotret dan dilaporkan atau disebarkan ke khalayak. “Jadi daripada menodai diri sendiri sebaiknya hal-hal kecurangan dalam bentuk apapan tidak dilakukan,” pungkasnya. (din)

Related Articles

Back to top button