Purwakarta

Pesantren Contoh Pendidikan Karakter yang Tepat

BERDOA : Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika saat berdoa di upacara hari santri.

PURWAKARTA, RAKA – Penerapan sistem pendidikan di pesantren adalah modal untuk mencetak generasi muda beragama yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni. Hal itu disampaikan Bupati Purwakarta Anne Ratana Mustika. “Dewasa ini pendidikan di pesantren ditunjang dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi agar santri tidak melulu hanya pandai bicara soal agama. Santri masa kini mesti tampil sebagai kosmopolit,” ujar Anne, di sela upacara peringatan Hari Santri Nasional 2019 di komplek Pemkab Purwakarta, Selasa (22/10).

Menurutnya, saat ini para santri sudah modern tidak kampungan. dari New York bahkan London santri sudah hampir membudaya. “Sekarang untuk menjadi santri kekinian tidak perlu khawatir untuk ketinggalan zaman,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan, agar masyarakat tidak takut anaknya dimasukan ke sebuah pesantren untuk menjadi santri. “Di era milenial ini para santri harus bisa memanfaatkan teknologi digital. Tentu saja, santri milenial tidak lepas dari karakter generasi milenial pada umumnya. Mereka sangat kreatif, percaya diri sekaligus terkoneksi dengan lini-lini teknologi,” katanya.

Ambu Anne juga mengatakan, kreatifitas santri milenial tidak dibatasi oleh bilik-bilik pesantren, mereka juga percaya diri dengan kemampuan personal dalam perbagai pengetahuan, science dan antar bahasa.

Namun, tambah Ambu Anne, santri milenial memiliki keunggulan dalam basis moral. “Nilai-nilai moralitas inilah yang menjadi daya penunjang bagi santri milenial, di samping kemampuan analisa teks-teks keislaman klasik yang diajarkan selama di pesantren,” tuturnya.

Sementara, Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Jawa Barat, KH Abun Bunyamin mengatakan, dulu santri sering tersisihkan, santri selalu diolok-olok oleh teman-temannya. Disebut santri buduglah, kampunganlah dan lainnya. Kini, Kyai Abun menilai seiring perkembangan zaman, pandangan tersebut sudah berubah. “Pesantren tak lagi diidentikkan dengan pilihan terakhir siswa yang tidak diterima di sekolah-sekolah negeri maupun perguruan tinggi. Di pesantren tak hanya diajarkan ilmu agama, tapi diajarkan juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Kyai Abun.

Pemerintah juga telah menetapkan Hari Santri Nasional (HSN) yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober menjadi penguat perubahan imej terhadap sekolah berbasis keilmuan islam secara keseluruhan.

Banyak lulusan pesantren yang bisa membuktikan diri bisa eksis di berbagai bidang tingkat nasional. Seperti sukses berkarir di dunia politik, pemerintahan, ekonomi maupun sosial kemasyarakatan. “Kini pesantren mulai kebanjiran santri, bahkan menjadi opsi prioritas. Saking banyaknya, santri banyak yang tidak tertampung. Oleh karena itu, kami mengajak seluruh elemen masyarakat agar jangan ragu memasukan anak-anaknya ke pesantren,” kata Kyai Abun. (gan)

Related Articles

Back to top button