
KARAWANG, RAKA – Banjir yang melanda wilayah pertanian di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, kembali menjadi mimpi buruk bagi para petani.
Selama tujuh bulan terakhir, lahan pertanian milik Unacih (52) dan Tarwih (70) tergenang dua kali, menyebabkan gagal panen dan kerugian besar yang belum tergantikan.
Baca Juga : Sejumlah Fasilitas SMPN 1 Telukjambe Barat Rusak Kebanjiran
“Bulan Maret itu padi gagal total, gak bisa dipanen. Tanam lagi bulan April, pas panen bulan Juli malah banjir lagi. Alhamdulillah masih ada yang bisa diambil, tapi gak semuanya,” ujar Unacih, petani yang menggarap lahan seluas 1,6 hektar.
Menurutnya, jika kondisi cuaca normal tanpa banjir, lahan tersebut bisa menghasilkan hingga 16 ton gabah. Namun tahun 2025 ini, jangankan untuk meraih untung, modal tanam pun belum bisa kembali.
“Pupuk aja bisa habis satu ton. Sekarang baru 8 kuintal aja belum tentu balik modal,” keluhnya.
Hal serupa juga dialami Tarwih (70), yang mengelola sawah seluas dua hektar. Banjir bertubi-tubi membuat banyak petani kehilangan hasil dan kesulitan mencari tenaga kerja untuk panen karena sebagian lahan masih terendam.
Tonton Juga : KESAKTIAN KOPASSUS
“Biasanya setahun paling banjir sekali. Tapi sekarang dua kali. Ada juga petani lain yang lebih parah, bisa beberapa kali kebanjiran,” tambah Tarwih.
Ironisnya, hingga kini belum ada bantuan dari pemerintah yang diterima oleh para petani terdampak. Padahal, banjir tahunan di Karangligar sudah menjadi persoalan kronis yang mengancam keberlanjutan pertanian lokal.
“Kami belum dapat bantuan apa-apa,” kata Unacih singkat, penuh harap. (uty)