Petani Karawang Ngaku Banyak Masalah
CABUT BENIH : Petani Purwasari tengah mencabut benih untuk ditanam di lahan sawah mereka. Dalam giat itu Agus Faisal, ketua Gabungan Kelompok Tani Tani Mandiri, Desa Darawolong, ikut memantau.
PURWASARI, RAKA – Kelangkaan pupuk bersubsidi menjadi kendala yang dihadapi para petani Karawang saat ini. Disamping itu, nyatanya masih banyak problematika lainnya yang telah lama muncul dan namun sampai saat ini belum terselesaikan.
Agus Faisal, ketua Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) Tani Mandiri, Desa Darawolong, Kecamatan Purwasari, mengeluhkan, langkanya pupuk yang berdampak besar pada seluruh proses pertanian.
Para petani bimbang untuk menanam sebab khawatir nantinya tidak bisa memupuk dan berdampak pada gagalnya pertanian. Tidak adanya kepastian ketersediaan pupuk ini membuat mereka menunda penanaman yang bisa saja melewati masa tanam ideal sehingga pertanian nantinya tidak optimal. “Yang namanya petani kan menghitung kapan bagus tanam,” keluhnya.
Menurutnya, permasalahan pupuk ini juga berkaitan dengan program kartu tani yang dikeluarkan pemerintah. Kondisi saat ini petani mesti menggunakan kartu tani untuk membeli pupuk, namun nyatanya kartu tani tetsebut tidak bisa digunakan.
Ia menilai kartu tani ini adalah program yang belum disiapkan dengan baik. Ia berharap pemerintah lebih mempersiapkan setiap program yang akan dijalankan dan mempertimbangkan kesesuaiannya diterapkan kepada petani. “Sekarang kalau pupuk langka tanamannya jadi kerdil, hasil padinya jadi jelek,” keluhnya lagi.
Masalah lainnya adalah ketidakmampuan pemerintah untuk menstabilkan harga. Sampai saat ini harga gabah selalu anjlok saat musim panen. Harga jual gabah yang rendah ini tentunya tidak menguntungkan bagi para petani. Ia berharap ada solusi dari pemerintah menjaga harga gabah yang stabil.
Masih dikatakan Agus, masalah pertanian yang begitu terasa di Karawang adalah olah lahan sawah produktif menjadi perumahan. Baginya, hal ini sangat ironis sebab ia melihat masih banyak perumahan yang belum terisi namun alih fungsi lahan untuk perumahan masih saja dilakukan. “Untuk saat ini banyak sisi negatifnya menutut saya, kasihan para buruh tani yang kehilangan mata pencaharian,” ujarnya.
Fenomena ini dikatakannya bertolak belakang dengan keinginan pemerintah perihal swasembada pangan. Karawang sebagai lumbung padi jangan hanya sekadar nama, namun harus betul-betul sesuai dengan realita. “Tolonglah lahan sawah yang produktif jangan dialihfungsikan, harapan saya untuk Karawang seperti itu,” ujarnya. (din)